GubernurBali, Wayan Koster Harap Ekonomi Kerthi Bali Bisa Dilaksanakan di Tahun 2022 Secara Bertahap, Berlanjut dan Menjadi Percontohan. Presiden RI, Joko Widodo secara resmi meluncurkan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, Sejahtera pada, Jumat (Sukra Pon, Medangsia), 3 Desember 2021 di Kura-Kura Bali, 1 .keberagaman jenis usaha ekonomi menimbulkan keberagaman...dalam masyarakat menghargai keberagaman budaya indonesia dpat mempererat... dan... ,adat, agama, warna kulit, dan suku merupakan contoh... yg ad di Indonesia pedagang adalah contoh bentuk keberagaman... pentas budaya daerah lain merupakan salah satu contoh dari sikap... ​ dan keragaman budaya/toleransi Prioritas2 : Peningkatan daya saing ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Prioritas 3 : Peningkatan kualitas pendidikan Prioritas 4 : Peningkatan aksessibilitas dan pelayanan kesehatan Prioritas 5 : Peningkatan penataan kawasan melalui pembangunan Infrastruktur yang berwawasan lingkungan Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lahirnya Indonesia terbentuk dari suku bangsa yang berbeda, namun dipersatukan oleh perasaan senasib sepenanggungan. Meskipun tidak mengenal satu sama lain, namun keinginan untuk hidup lebih baik membangunkan jiwa nasionalis bangsa pada saat itu. Tidak peduli berasal dari suku bangsa, agama, dan bahasa manapun. Bangsa merupakan komunitas imajiner karena mustahil bagi sebagian besar individu atau kelompok dari suatu wilayah untuk benar-benar berinteraksi dengan individu atau kelompok di wilayah lainnya. Pada dasarnya tidak ada suatu nilai yang mutlak sama di antara kebudayaan di dunia. Hasil karya yang diciptakan oleh suatu sukubangsa atau bangsa tidak akan luput dari nilai budaya suku bangsa atau bangsa tersebut. Itu pula mengapa hingga saat ini, artefak maupun benda-benda khas yang dimiliki suatu suku bangsa atau bangsa tertentu menjadi perhatian dalam dunia desain karena penciptaan desain yang baik didasarkan pada orientasi sebagai negara yang budayanya beragam memiliki potensi besar dalam pengembangan produk inovatif dan kreatif berbasis kearifan lokal. Inovatif karena budaya masyarakat memiliki identitas yang tidak selalu dimiliki kelompok lain, maka hasil karyanya pun relatif khas. Kreatif karena adanya keahlian alami yang dimiliki penduduk lokal diiringi dengan usaha pengembangan masyarakat yang memiliki nilai lokal dan bersentuhan dengan nilai modern. Indonesia memiliki potensi kekayaan budaya yang beragam sebagai pondasi tumbuhnya industri kreatif. Keragaman budaya itu sendiri sebagai modal utama dalam pengembangan industri kreatif, yakni dengan munculnya aneka ragam kerajinan dan berbagai produk lain yang telah memunculkan pula berbagai bakat local talent yang diwariskan turun temurun. Dengan adanya rasa kecintaan terhadap bangsa, maka bukan hal mustahil jika Indonesia bisa menjadi negara yang pembangunan ekonominya bersumber pada kekayaan kreativitas, bukan lagi sumber daya alam yang terbatas. Pada prinsipnya, pembangunan ekonomi berbasis kreativitas ini bisa berdampak kepada aspek sosial karena nyatanya industri ini berperan dalam memberdayakan masyarakat lapisan bawah sebagai pelaku usahanya. Maka jelas bahwa ekonomi kreatif juga menyentuh beragam lapisan masyarakat dalam pembangunannya. Ekonomi kreatif bertumpu pada ide manusia. Artinya bahwa selama manusia masih bisa berfikir dan menghasilkan kreativitas, maka ekonomi kreatif akan terus berlangsung. Begitupun dengan budaya yang berasal dari ide manusia dan dimanifestasikan melalui tindakan tidak terbatas selama eksistensi manusia itu masih ada. Kreativitas merupakan upaya untuk menciptakan sesuatu yang unik dan berkelanjutan dalam menciptakan solusi dari sebuah masalah. Artinya bahwa syarat untuk berpikir dan bertindak kreatif adalah melakukan sesuatu yang tidak biasanya dilakukan out of the box. Dalam ekonomi kreatif, pencapaian tingkat kreativitas yang baik adalah memunculkan sesuatu yang baru, atau biasa disebut inovasi. Inovasi tidak dapat dilepaskan dari kreativitas karena kreativitas merupakan faktor pendorong munculnya penemuan baru inovasi atau memanfaatkan penemuan yang sudah ada invention. Dengan begitu, ekonomi kreatif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk mengingat kreativitas tidak terbatas. Sumber daya yang berasal dari kreativitas selalu dapat diperbarui sebagaimana ide manusia yang tidak terbatas. Maka dengan demikian, pengembangan ekonomi kreatif diharapkan agar dapat mengonstruksi bangsa Indonesia untuk memiliki suatu kebanggaan terhadap keragaman budaya yang dimilikinya sekaligus meningkatkan ekonomi lokal bagi pemilik kebudayaan tersebut. Lihat Money Selengkapnya 28November 2012 SILABUS Kelas IV Tema 1 : Indahnya Kebersamaan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK Kelas : IV Tema 1 : Indahnya Kebersamaan Alokasi Waktu: 3

Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PENUNJANG DAYA TARIK WISATA Muhammad Rakib 1Universitas Negeri Makassar, Jln A. P. Pettarani Kampus Gunungsari Baru, Makassar Email rakib_feunm ABSTRACT The aims of this research are to analyse local-based creative economy to support tourism attraction and to propose strategies and programs for localbased creative economy in traditional housing zone of Balla Peu in Mamasa regency. The subjects of this research are government, community, owner of the creative industry and tourists who visit Mamasa regency. Data were collected through interviews, observation and documentation which were then analysed through quantitative and qualitative analysis as well as SWOT analysis. The research shows that Balla Peu is potential to be developed as tourism attraction. However, accessibility does not support the existence of Balla Peu as tourism attraction. Strategies and programs that may be useful for Balla Peu including managing the housing area zone; enhancing the quality of the environment; implementing programs for quality of socio-cultural life of community; developing the quality of products of creative industry; Encouraging the role of Local Board of Culture and Tourism and tours and travel in promotion program; encouraging institution for promotion and tourism information; implementing programs for human resource development. Keywords Creative economy, local wisdom, tourism attraction Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 55 PENDAHULUAN Kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian dan kultur Indonesia dengan keragaman sosio-budaya menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Keragaman sosio-budaya Indonesia memberikan indikasi bahwa kreativitas masyarakat Indonesia sangat tinggi. Begitu pula halnya dengan keragaan produk dari berbagai etnis, yang menjadi factor pendukung pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif tidak terlepas dari budaya masyarakat setempat. Pengembangan ekonomi kreatif harus berbasis budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dikembangankan dalam bentuk terintegrasi dalam setiap kegiatan pembangunan. Kearifan local dalam budaya biasa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kearifan local dalam bentuk fisik dan non fisik dapat berupa produk-produk yang memiliki nilai-nilai yang bermakna seperti kerajian, seni, kuliner, dan lain-lain. Ekonomi kreatif bukan hanya diukur dari segi ekonomi tetapi juga dapat diukur dari segi dimensi budaya. Dewasa ini, ide-ide kreatif yang muncul pada dasarnya bersumber dari kearifan local daerah. Hal ini memberikan makna bahwa kearifan lokal sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan memperhatikan kearifan lokal merupakan solusi alternatif yang dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif untuk menjadi lebih mandiri terutama di daerah. Dimana, daerah memiliki produk-produk yang mencerminkan budayanya masing-masing. Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi produk berbasis kearifan lokal yang dengan sentuhan teknologi sehingga memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri. Seperti halnya kearifan lokal di Kabupaten Mamasa dapat menjadi daya tarik wisata alternative. Berdasarkan RIPDA Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamasa merupakan Daerah Tujuan Wisata DTW dengan potensinya sebagai salah satu pusat etnis Toraja yang tertua yang masih menyimpan keaslian budaya Toraja dan keberadaan lokasinya terletak di Desa Balla Tumuka Kecamatan Balla. Pola tata ruang dan gaya arsitekturnya yang tradisional merupakan salah satu bentuk heritage/budaya yang kaya akan nilai sejarah, filosofi, seni, dan budaya masyarakat setempat. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 56 Oleh karena itu, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku secara turun-temurun di wilayah atau lembang Mamasa Kondosapata Uai Sapalelean dan sekitarnya harus menjadi acuan dalam pengembangannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Balla Tumuka, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan permukiman tradisional Balla Peu selama 5 lima tahun sejak tahun 2007 sampai 2011 selalu mengalami peningkatan. Wisatawan domestik, Asia, Eropa, Amerika dan Australia pada tahun 2011 jumlahnya berkisar 169 orang mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada tahun 2015 yakni 213 orang. Kunjungan wisatawan yang paling banyak adalah wisatawan dari Eropa, kemudian wisatawan domestik biasanya kunjungan dari kalangan pegawai pemerintah provinsi atau pusat, siswa sekolah dan peneliti. Dengan demikian, dalam tulisan ini akan dianalisis aspek-aspek yang berpengaruh khususnya aspek potensi perwujudan kawasan wisata, aspek aksesibilitas, dan aspek amenitas dalam hal keberadaannya sebagai penunjang pariwisata pedesaan. Selanjutnya, akan dikemukakan pula strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya Tarik wisata. Adapun tujuan penelitian ini yaitu; 1 untuk menganalisis aspek Ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata dan 2 untuk merumuskan strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal di Kabupaten Mamasa. TINJAUAN PUSTAKA Ekonomi Kreatif Definisi ekonomi kreatif hingga saat ini masih belum dapat dirumuskan secara jelas. Kreatifitas yang menjadi unsur vital dalam ekonomi kreatif sendiri masih sulit untuk dibedakan apakah sebagai proses atau karakter bawaan manusia. Depdag RI 2008 merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP/UNCTAD 2008 yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Namun demikian, ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa jenis yaitu; periklanan advertising, Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 57 arsitektur, pasar barang seni, kerajinan craft, desain, fesyen fashion, video, film dan fotografi, permainan interaktif game musik, seni pertunjukan showbiz, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak software, televisi & radio broadcasting, riset dan pengembangan R & D, dan kuliner. Beberapa prinsip yang mendasari desa kawasan wisata yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang merupakan hasil penelitian atau studi dari UNDP dan WTO 1981, antara lain 1 Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan kawasan, 2 Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang memiliki, dan 3 Pengembangan kawasan wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu kawasan atau atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan kawasan sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Kearifan Lokal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Karakteristik kearifan lokal dapat berupa bentuk warisan peradaban yang dilakukan secara turun temurun, dianggap mampu mengendalikan berbagai pengaruh dari luar, menyangkut nilai dan moral pada masyarakat setempat, tidak tertulisakan namun tetap diakui sebagai kekayaan dalam berbagai segi pandangan hukum, dan bentuk sifat yang melekat pada seseorang atau kelompok berdasarkan pada asalnya. Salah satu kearifan local di Kabupaten Mamasa yaitu Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local merupakan konsep mengembangkan potensi alam, budaya, dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Masyarakat berpartisipasi langsung di dalamnya sehingga sedikit demi sedikit akan tercipta suatu kreativitas masyarakat dalam mengembangkan daya Tarik wisata sebagai salah satu sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 58 Daya Tarik Wisata Dalam hal pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, masyarakat lokal sebagai pelaku yang menjadi aktor yang akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima langsung keuntungan ekonomi. Sejalan dengan itu, dengan adanya kesadaran akan pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan yang merupakan alternative tourism Smith & Eadington, 1992, Weiler, B, and Hall, 1992. Model pariwisata ini mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. Termasuk pariwisata alternatif diantaranya green tourism; soft tourism; low impact tourism; eco-tourism; responsible tourism; appropriate tourism; sustainable tourism; dan lain-lain Hunter & Green, 1995. .Pembangunan di sector kepariwisataan sangat ditentukan oleh daya tarik wisata. Roger dan Slinn 1998 menyatakan bahwa daya tarik adalah segala sesuatu yang terdapat pada destinasi wisata yang menjadi daya tarik sehingga orang berkunjung ke tempat tersebut. Sejalan dengan pendapat Crouch dan Ritchie 1999 bahwa daya tarik merupakan elemen utama yang menarik dari destinasi dan merupakan motivator kunci untuk mengunjungi destinasi. Sedangkan Suwantoro 2000 menjelaskan bahwa daya tarik wisata yang melekat pada keindahan dan keunikan alam dari pencipta yang mana terdiri atas keindahan alam natural amenities, iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh uncommon vegetation & animals, hutan the sylvan elements, dan sumber kesehatan health centre seperti sumber air panas belerang, dan mandi lumpur. Selain itu, ada juga daya Tarik wisata yang sengaja diciptakan atau dibuat oleh manusia, misalnya monumen, candi, art gallery, kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam upaya mewujudkan suatu daya tarik wisata menjadi destinasi wisata yang menarik perlu didukung oleh beberapa aspek yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara adat Nuryanti, W., 1993. Aspek-aspek tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu aspek potensi perwujudan kawasan permukiman, aspek aksesibilitas, dan aspek sarana dan prasarana. Ketiga aspek tersebut, perlu dilakukan penilaian sebagai aspek yang sangat mendukung pengembangan daya tarik wisata khususnya ddilihat dari sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 59 Pengembangan ekonomi kreatif sangat ditentukan oleh ketiga aspek tersebut. Aspek perwujudan kawasan permukiman berupa potensi yang dimiliki permukiman itu sebagai pendukung terwujudnya daya tarik wisata yang menjadi Daerah Tujuan Wisata yang menarik. Aspek aksesibilitas dapat berupa akses informasi dan akses transportasi serta akses tempat akhir perjalanan terminal atau tempat parker. Sebagaimana dikemukakan oleh Suwantoro 2000 bahwa aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektoral, tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin sesuatu daya tarik wisata mendapat desetinasi wisatawan. Soekadijo 2003 mengungkapkan persyaratan aksesibilitas terdiri atas akses informasi dimana fasilitas harus mudah ditemukan dan mudah dicapai, harus memiliki akses kondisi jalan yang dapat dilalui dan sampai ke tempat obyek wisata serta harus ada akhir tempat suatu perjalanan. Begitu pula halnya aspek sarana dan prasarana. Sebagaiman Spillane 2000 23 menjelaskan bahwa fasilitas fisik physical facility adalah sarana yang disediakan oleh pengelola daya tarik wisata untuk memberikan pelayanan atau kesempatan kepada wisatawan menikmatinya. Dengan tersedianya sarana maka akan mendorong calon wisatawan untuk berkunjung dan menikmati daya tsrik wisata dengan waktu yang relatif lama. Dengan demikian, dapat membelanjakan uangnya lebih banyak. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini yaitu Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini yaitu pemerintah, masyarakat, pemilik usaha industri kreatif, dan wisatawan. Teknik pengumpulan data digunakan yaitu wawancara, observasi, dan Dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif dan analisis SWOT. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis penilaian aspek potensi pengembangan ekonomi kreatit berbasis kearifan local dalam menunjang daya tarik wisata, menunjukkan bahwa aspek perwujudan kawasan permukiman tradisional dengan nilai rerata yaitu 4,5 sangat mendukung dan aspek aksesibilitas dengan nilai rerata yaitu 2,0 Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 60 kurang mendukung serta aspek sarana dan prasarana dengan nilai rerata yaitu 2,5 cukup mendukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 1. Hasil Penilaian Aspek-aspek Penunjang Pengembangan Ekonomi Kreatif Potensi Perwujudan Kawasan Wisata Sumber Data telah diolah, 2017 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa jumlah nilai rerata yang diperoleh yaitu 3,0 Ini berarti aspek-aspek yang menunjang pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya tarik wisata di Kabupaten Mamasa cukup mendukung dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal tersebut. Lingkungan Eksternal Berdasarkan analisis SWOT khususnya Opportunity Peluang yang dapat menjadi potensi dan dapat pula menjadi ancaman dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata, yaitu; 1 Adanya ketetapan Kabupaten Mamasa sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW dalam Rencana Induk Pembangunan Daerah RIPDA Provinsi Sulawesi Barat, 2 Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara dari tahun ke tahun, 3 Memiliki daya saing yang tinggi dengan daerah lain yang memiliki aktraksi wisata yang sejenis, dan 4 Adanya teknologi yang memudahkan para calon wisatawan dalam memperoleh informasi tentang Daerah Tujuan Wisata DTW. Treats Ancaman yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu, yaitu 1 Kondisi daerah yang dinilai rawan terhadap bencana alam kelerengan, 2 Adanya persamaan karakteristik budaya dengan daerah lain khususnya Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai tempat wisata yang berakibat pada tingkat daya Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 61 saing wisata, 3 Sarana dan prasarana transportasi masih kurang memadai sehingga akses yang masih sulit dijangkau, dan 4 Belum adanya sistem informasi di Kabupaten Mamasa yang berorientasi pada profil kawasan yang bersifat promosi wisata terhadap keberadaan permukiman tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Lingkungan Internal Selain lingkungan eksternal, lingkungan internal juga merupakan bagian pokok dalam analisis SWOT yang menguraikan berbagai dampak yang akan timbul dari dalam yaitu kekuatan dan kelemahan kawasan permukiman tradisional Balla Peu. Hal tersebut, sangat mempengaruhi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penunjang Daya Tarik Wisata tersebut. Terdapat poin pokok mengenai kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu, sebagaimana diuraikan berikut ini. Strengths Kekuatan. Kekuatan yang dimiliki Kawasan Permukinan Tradisional Balla Peu meliputi; 1 Memiliki keindahan dan panorama alam yang alami dan eksotis, 2 Memiliki upacara adat bernuansa ritual, 3 Keunikan budaya masyarakat setempat, 4 Keberadaan aktrasi wisata yang masih alami dengan ciri khas daerah, 5 Memiliki rumah tradisional dengan arsitektur yang unik dan berkarakter, 6 Memiliki produk industri kreatif yang unik khususnya industri kerajinan rakyat, 7 Jarak wilayah dekat dari ibukota kabupaten, dan 8 Adanya Kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat setempat sangat besar dalam pengembangan wisata. Weaknesses Kelemahan. Adapun kelemahan kawasan permukiman tradisional Balla Peu yaitu; 1 Keterbatasan infrastruktur transportasi, 2 Akses menuju lokasi masih sulit dijangkau, 3 Fasilitas wisata yang masih terbatas bahkan belum ada, 4 Sarana dan prasarana permukiman yang masih terbatas, 5 Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam mengembangkan aktraksi wisata, 6 Keterbatasan sumberdaya manusia, 7 Belum adanya pengelolaan daya tarik wisata, 8 Belum maksimalnya upaya promosi, 9 Belum tersedianya Tourist Information Center TIC, dan 10 Keterbatasan fasilitas telekomunikasi dalam kawasan lokasi studi. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 62 Tabel 2. Analisis SWOT Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menunjang Daya Tarik Wisata di Kabupaten Mamasa  Memiliki keindahan dan panorama alam yang alami dan eksotis  Memiliki upacara adat bernuansa ritual  Keunikan budaya masyarakat setempat.  Keberadaan aktrasi wisata yang masih alami dengan ciri khas daerah  Memiliki rumah tradisional dengan arsitektur yang unik dan berkarakter.  Memiliki produk industri kreatif yang unik khususnya industri kerajinan rakyat.  Jarak wilayah dekat dari ibukota kabupaten.  Adanya kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat setempat sangat besar dalam pengembangan wisata. Kelemahan Weaknesses  Infrastuktur transportasi sangat terbatas  Akses menuju lokasi masih sulit dijangkau  Fasilitas wisata yang masih terbatas bahkan belum ada  Infrastruktur permukiman yang masih terbatas  Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam mengembangkan aktraksi wisata  Kebijakan pemerintah daerah yang kurang memanfaatkan potensi wisata yang ada.  Pengelolaan daya tarik wisata dari pemerintah dan swasta belum ada.  Promosi wisata belum dilaksanakan secara maksimal  Tourist Information Center TIC tidak tersedia  Fasilitas telekomunikasi dalam kawasan permukiman tradisional masih terbatas Peluang Opportunity  Adanya ketetapan Kabupaten Mamasa sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW dalam Rencana Induk Pembangunan Daerah RIPDA Provinsi Sulawesi Barat.  Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara dari tahun ke tahun.  Memiliki daya saing yang tinggi dengan daerah lain yang memiliki aktraksi wisata yang sejenis.  Adanya teknologi yang memudahkan para calon wisatawan dalam memperoleh informasi tentang Daerah Tujuan Wisata DTW. Pertahankan dan Kembangkan Strategi WO Tingkatkan dan Kembangkan  Kondisi daerah yang dinilai rawan terhadap bencana alam kelerengan  Adanya persamaan karakteristik budaya dengan daerah lain khususnya Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai tempat wisata yang berakibat pada tingkat daya saing wisata.\  Infrastruktur transportasi masih kurang memadai sehingga akses yang masih sulit dijangkau, dan  Belum adanya sistem informasi di Kabupaten Mamasa. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 63 Strategi dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local dalam menunjang Daya Tarik Wisata pada Kawasan Permukiman Balla Peu meliputi 1 Strategi SO Strength Opportunity yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan aksesibilitas dan infrastruktur, 2 Strategi ST Strength Threat yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, menghasilkan strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata yang berkelanjutan, 3 Strategi WO Weakness Opportunity yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan promosi wisata, dan 4 Strategi WT Weakness Threat yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman menghasilkan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia SDM. Adapun program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local dalam menunjang Daya Tarik Wisata pada Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa meliputi 1 Program Pengembangan dari Strategi SO Strengths – Opportunities Dari strategi SO Strategi Pengembangan Aksesibilitas dan infrastruktur dirumuskan program penataan Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Ada beberapa program yang dimaksud sebagaiman dijelaskan berikut ini. Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana kawasan wisata. Untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya kawasan sebagai Daya Tarik Wisata. Aspek infrastruktur juga menjadi kebutuhan untuk melayani wisatawan. Adapun sarana yang sudah ada di lokasi studi namun masih perlu untuk ditingkatkan yaitu kios makan dan minum, tempat parkir kios/rumah makan, serta WC umum. Dan sarana yang belum ada di lokasi studi antara lain; hotel/ penginapan, pintu gerbang kawasan, pos keamanan, Pos P3K, toko cendramata, galeri, tempat pementasan atraksi wisata, restauran, tourist information center, dan shelter. Sementara prasarana yang sudah ada di lokasi studi antara lain; jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi di luar kawasan ibukota kabupaten. Sedangkan prasarana yang belum ada di lokasi Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 64 studi antara lain; fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas keamanan, dan telekomunikasi di dalam kawasan permukiman. Pembangunan dan peningkatan jalan aksesibilitas. Aksesibilitas juga merupakan aspek yang berpengaruh dalam tumbuh dan berkembangnya kawasan dalam memberikan kemudahan dan kelancaran aktivitas. Lokasi studi berdasarkan aspek aksesibilitasnya memiliki akses yang rendah dalam arti masih sulit dijangkau. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang ada seperti; kualitas jalan raya dari ibukota kabupaten ke lokasi studi, lebar badan jalan yang belum atau tidak sesuai dengan standar jalan raya dan jalan akses, keterbatasan rambu lalu lintas dan marka jalan, serta jenis angkutan menuju lokasi studi masih sangat terbatas. 2 Program Pengembangan dari Strategi ST Strengths – Treats Program pengembangan dari strategi ST yaitu strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal berkelanjutan. Konsep pengembangan berkelanjutan adalah proses pengembangan potensi ekonomi kreatif yang tidak mengesampingkan sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan di masa yang akan datang. Untuk itu pengembangan kawasan permukiman tradisional Balla Peu tetap memperhatikan aspek penting yaitu keberlanjutan ekonomi, lingkungan fisik kawasan, serta budaya sebagai sumber daya yang penting dalam pengembangan kepariwisataan. Adapun program pengembangan yang dapat dilakukan, sebagaimana dijelaskan berikut ini. Peningkatan Kualitas Lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital dalam pengembangan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena pariwisata akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dikembalikan seperti sediakalanya. Terdapat beberapa program pelaksanaan yang dapat dilakukan dalam mencegah timbulnya kerusakan lingkungan yaitu 1 Budaya bersih lingkungan. Membangun budaya masyarakat yang ramah lingkungan yang dapat dilakukan melalui tindakan pengawasan, pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh unsur pemerintah adalah mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industri, termasuk larangan dan sangsi bagi siapa saja yang jelas-jelas melakukan perusakan lingkungan. Sedangkan dari unsur masyarakat pemberdayaan pengelolaan lingkungan, 1 Aturan yang tegas dari pemerintah bagi pengelolaan lingkungan. Mengadakan Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 65 berbagai penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya ramah lingkungan. Penyuluhan perlu dilakukan secara terus menerus secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa baik media massa cetak maupun media massa elektronik., 3 Membangun sistem daur ulang sampah organik dan non organik sehingga dapat mengurangi pencemaran, 4 Reboisasi dan pemeliharaan. Secara umum pemeliharaan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan dan efektif artinya menyediakan sarana penunjang untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah organik dan non organik. Kerja bakti atau gotong royong dapat dilakukan oleh masyarakat atau stakeholder lainnya merupakan sebuah bentuk tanggung jawab masyarakat pada alam. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu ajang edukasi pada daya tarik yang ada. Reboisasi yang dimaksudkan adalah memberikan peremajaan dan penanaman kembali pada lahan atau pohon yang telah mengalami kerusakan. Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat di Kawasan Permukiman Balla Peu harus dapat semakin ditingkatkan guna terwujudnya suatu peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain 1 Menjadikan budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Budaya merupakan suatu hal yang terpenting bagi pariwisata di kawasan permukiman tradisional Balla Peu karena di wilayah Kabupaten Mamasa terdapat beraneka ragam budaya dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing yang diharapkan mampu menjadi daya tarik utama bagi pariwisata di wilayah tersebut. Budaya yang dimaksudkan adalah tradisi dan adat yang mencerminkan sikap dan tingkah laku masyarakat yang sangat ramah dalam menerima kunjungan dari wisatawan; 2 Penyesuaian aturan kehidupan adat istiadat masyarakat dengan perkembangan waktu. Kehidupan sosial masyarakat di lokasi studi diatur dalam adat istiadat. Aturan ini sudah semestinya disesuaikan dengan perkembangan zaman namun tidak mengubah nilai dasar dari adat-istiadat tersebut. Dalam arti bahwa kehidupan sosial yang diatur dalam adat-istiadat tersebut tidak lagi mengatur secara ekstrim atau otoriter namun semakin fleksibel demi perkembangan kehidupan sosial masyarakat di kawasan tersebut; 3 Penyelenggaraan even-even kebudayaan. Kawasan permukiman tradisional Balla Peu merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi yang sangat besar. Potensi tersebut akan semakin sempurna pemanfaatannya jika dikombinasikan dengan adanya even-even kebudayaan yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Even Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 66 kebudayaan yang dimaksudkan adalah malam kesenian dan pagelaran seni budaya yang memiliki nilai estetika tinggi; dan 4 Peningkatan Perekonomian Masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari pengembangan daya tarik wisata baik secara langsung maupun tidak langsung akan membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi usaha jasa wisata yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat yang dirasakan masyarakat bagi pengembangan kepariwisataan akan mengubah tingkat perekonomian masyarakat setempat. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain 1 Pemerintah membantu memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha kepada masyarakat yang ingin membuka usaha. Hal ini agar secara tidak langsung dapat merangsang minat masyarakat untuk berwirausaha khususnya kepada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap; 2 Pemerintah dan para pelaku pariwisata bekerja sama untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk menangkap peluang yang ada; dan 3 Memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat agar mereka dapat menjadi pemandu/guide bagi wisatawan yang datang dan berbagai peluang lainnya yang perlu digali secara terus menerus namun tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. 3 Program Pengembangan dari Strategi WO Weaknesses – Opportunities Program yang dapat dilakukan dalam mempromosikan kawasan permukiman tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mamasa. Adapun upaya peningkatan promosi pariwisata melalui 1 Promosi pariwisata dengan memanfaatkan teknologi informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik. Promosi media elektronik dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet dengan membuat website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa. Promosi dengan media cetak bisa dilakukan dengan program percetakan brosur, leaflet, booklet dan sejenisnya secara regular setiap tahun yang disebarkan kepada masyarakat, wisatawan dan pengusaha industri pariwisata; 2 Melakukan perjalanan promosi pariwisata baik yang dilakukan didalam daerah, luar daerah maupun luar negeri; 3 Kerjasama Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 67 dengan Biro Perjalanan Wisata BPW. Biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Sesuai dengan bidang usahanya, maka pihak Biro Perjalanan Wisata mempunyai akses besar dan memiliki kemampuan yang profesional dalam mempromosikan produk ekonomi kreatif kepada wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kemampuan di dalam melayani kebutuhan dan keinginan konsumen akan memengaruhi keputusan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata; dan 4 Penyediaan Tourist Information Center TIC. Penyediaan Tourist Information Center TIC sebagai salah satu solusi untuk membantu wisatawan dalam mencari segala informasi kepariwisataan khususnya kepariwisataan Kabupaten Mamasa. Tabel 3. Strategi dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menunjang Daya Tarik Wisata pada di Kabupaten Mamasa Strategi Pengembangan Aksesibilitas dan Infrastruktur  Penataan kawasan permukiman tradisional Balla Peu. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Kreatif berkelanjutan  Peningkatan kualitas produk barang dan jasa berbasis kearifan local sebagai penunjang sektor kepariwisataan  Peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat lokal  Peningkatan perekonomian masyarakat Strategi Pengembangan Promosi Ekonomi Kreatif di bidang kepariwistaan  Promosi oleh Dinas Pariwisata dan Dinas Perdagangan dan Usaha Kecil Kabupaten Mamasa  Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata  Pengadaan Tourist Information Center Strategi Pengembangan SDM  Peningkatan Sumber Daya Manusia Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 68 4 Program Pengembangan dari Strategi WT Weaknesses Threats Program pengembangan dari strategi WT yaitu peningkatan Sumber Daya Manusia. Para ahli pariwisata menyatakan bahwa “tourism is high-touch, high-tech and high involvement industry where is the people who make the difference”. Oleh Karena itu, penyiapan sumber daya manusia kepariwisataan harus menjadi perhatian utama. Langkah-langkah peningkatan sumber daya manusia tentunya dilakukan dari dua sisi yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas sumber daya manusia harus dipersiapkan dalam rangka mengantisipasi kecenderungan berubahnya jumlah wisatawan. Di sisi lain unsur kualitas sumber daya manusia harus mampu mengakomodasikan beragam trend karakteristik wisatawan yang semakin berkembang. Kesimpulan Aspek pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya Tarik wisata pada kawasan permukiman Balla Peu meliputi; Aspek potensi perwujudan kawasan permukiman sangat mendukung seperti upacara adat, kesenian, bentuk kerajinan rakyat, cerita rakyat, keindahan alam, dan keanekaragaman flora dan fauna. Akan tetapi terdapat pula permasalahan pokok yang menjadi kelemahan dan ancaman, meliputi; aspek infrastruktur di bidang pariwisata yang masih terbatas bahkan sebagian belum tersedia, Sedangkan, aspek aksesibilitas yang rendah akibat dari kondisi jalan yang kurang-tidak baik, keterbatasan fasilitas di lingkungan permukiman; keterbatasan infrastrukur transportasi menuju lokasi studi, serta belum maksimalnya upaya promosi dan belum tersedianya Tourist Information Center TIC. Strategi dan program pengembangan Ekonomi Kreatif yang perlu dilakukan di kawasan permukiman tradisional Balla Peu, meliputi a Penataan kawasan permukiman tradisional Balla Peu, b Peningkatan Kualitas Lingkungan, Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat, Peningkatan kualitas produk-produk industry kreatif, c Peningkatan promosi wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa, Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata BPW, Penyediaan Tourist Information Center TIC, dan d Peningkatan sumber daya manusia. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 69 DAFTAR PUSTAKA Crouch, dan Ritchie, J 1999. Destination Competitiveness an the Role of the Tourism Enterprise. Proceeding in the Fouth Annual Business Conress. Istambul Turkey 13-16 July 1999, p. 43-48. Depdag RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Hunter, C. and Green, H. 1995. Tourism and the Environment a Sustainable. Relationship. Routledge, London. Nuryanty, W.. 1993. Concept, Perspektive and Challenges. Makalah konfrensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta UGM Press. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 15 Tahun 2008 tentang Destinasi Kabupaten Mamasa Unggulan Pariwisata di Sulawesi Barat. Roger, A dan Slinn, J. 1998. Tourism Management of Facilities. London Pitman Publishing. Smith dan Eadington. 1992. Tourism and Alternatves. University of Pennsiylvania. Press. Philadelphia. Soekadijo, 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka Umum. Spillane, J. 2000. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta Penerbit Kanisius Suwantoro, G. 2000. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta Andi. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industrI. UNDP/UNCTAD. 2008. Creative Economy, Report 2008. Geneva-New York UNDP, UNCTAD. Weiler, B., dan C. M. Hall. 1992. Special Interest Tourism. London Belhaven Books. ... The creative economy consists of many subsectors. Architecture is one of those [2]. Architecture can attract tourist destinations, and even tourism involves a unique building that is trending in some regions. ...... The result of this data will be analyzed using analyze descriptive method. This methodology refers to similar resources that have been done before by Rakib 2017 and Wirakusuma 2014. ...Melanie Nurlisa GintingThe architecture aspect in the creative economy is to provide a unique environment that involves art, emotion, activity, and culture. The architecture aspect is helping the development of sustainable tourism. Because of that, it is crucial to study the architecture aspect of sustainable tourism. Simanindo District is one of the districts in the center of Toba Lake and has many potentials to develop its tourism. The research has aims to identify the architecture in a tourism and local community opinions. The research methods used are qualitative and quantitative or usually called the mixed method. The data collections are collected from 100 questionnaires, interviews with four interviewees, and observation, and then the result will be analyzed and explained using analyze descriptive method. The final result from this research is an assessment from local communities against the culinary aspect in three aspects in sustainable tourism, economy aspect, socio-culture aspect, and environmental aspect. The conclusions are opinions and perceptions from the local community against architecture in sustainable tourism at Simanindo.... Komunikasi pembangunan berkelanjutan juga perlu menjamin bahwa nilai-nilai lokal menjadi pertimbangan utama dalam proses dinamika pada komunitas lokal. Rakib 2017 menegaskan bahwa pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakat lokal bukan hanya diukur dari unsur ekonomi, namun juga dari aspek budaya. Pemilihan strategi komunikasi merupakan hal utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. ...Rosy Febriani DaudEko Abadi NovrimansyahKPB berarti suatu proses komunikasi antara perusahaan dan stakeholdernya agar terjalin saling pengertian dan hubungan yang lebih erat antara keduanya sehingga kesuksesan bisnis dapat terwujud. Proses saling mengerti dan memahami ini terjadi pada berbagai level dan konteks dalam suatu negara; antar individu, antara individu dan institusi, antar institusi dan di dalam institusi itu sendiri, di sekolah dan perguruan tinggi, di media massa, di panggung politik, di dunia bisnis, pada skala komunal, regional, nasional sampai internasional. Pariwisata juga telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Namun saat ini, semakin berkembangnya pariwisata justru menciptakan isu tersendiri di setiap wilayah terutama ketika pengembangan pariwisata lebih didominasi oleh nilai-nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan atau membuat strategi komunikasi pembangunan dan mengeksplorasi penerapan komunikasi pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal. Berdasarkan latar belakang diatas maka peniliti tertarik untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pembangunan berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal pada daerah wisata di Provinsi Lampung. Penelitian ini berjenis kualitatif yang menekankan pada pengamatan atas fenomena tertentu lalu dilakukan eksplorasi yang mendalam untuk menemukan substansi makna. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dan fokus penelitian kualitatif ada pada proses dan interpretasi atas hasil.... Daya tarik merupakan elemen utama yang menarik dari destinasi dan merupakan motivator kunci untuk meningkatkan pariwisata. Dalam upaya mewujudkan suatu daya tarik wisata menjadi destinasi wisata yang menarik perlu didukung oleh beberapa aspek yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara adat yang akan disajikan dalam kunjungan destinasi Rakib 2017 Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap potensi pariwisata di wilayahnya sehingga dapat menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan yang berkunjung. Dengan demikian masyarakat akan memilki kesadaran akan peluang dan manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar Sumar'in et al., 2017. ...Tuti Rostianti MaulaniAgung Sugiarto Tarso RudianaNenden Suciyati SartikaDesa wisata merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan karakteristik khusus untuk menjadi destinasi wisata. Masyarakat disekitar desa wisata akan melakukan persiapan untuk memperbaiki kondisi desanya bersama-sama dengan aparat desa dan mempersiapkan diri menghadapi kedatangan wisatawan yang akan datang ke desa mereka. Ramea merupakan desa wisata yang dikembangkan di Kabupaten Pandeglang. Tujuan pengabdian ini adalah mengembangkan desa wisata Ramea melalui pengembangan ekonomi kreatif masyarakat dengan menggali potensi desa untuk menjadi desa wisata yang unggul. Pemberdayaan desa wisata Ramea dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan usaha kecil mikro, pengembangan fasilitas infrastruktur penunjang wisata dan pengembangan aktivitas masyarakat dalam pengembangan pengelolaan desa wisata berkesanambungan. Proses dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hasil yang dicapai pemberdayaan yang dilakukan diikuti oleh sebagian masyarakat menjadikan harapan kesejahteraan dan akan timbul suasana yang baru dan meraka siap menerima wisatawan yang akan dating ke desa mereka. Analisis SWOT memperlihatkan bagaiamana desa Ramea dapat mengembangkan desa nya menjadi desa wisata yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. A tourist village is a rural area that has uniqueness and special characteristics to become a tourist destination. The people around the tourist village will make preparations to improve the condition of their village together with village officials and prepare themselves for the arrival of tourists who will come to their village. Ramea is a tourist village developed in Pandeglang Regency. The purpose of community service is to develop the Ramea tourism village through the development of the community's creative economy by exploring the potential of the village to become a superior tourist village. The empowerment of Ramea tourism village is carried out by empowering the community through the improvement of micro-small businesses, the development of infrastructure facilities to support tourism and the development of community activities in the development of tourism village management. The process is carried out gradually and continuously. The results achieved by the empowerment carried out were followed by some communities making hopes of well-being and a new atmosphere will arise and ready to accept tourists who will come to their village The SWOT analysis shows how Ramea village can develop its village into a tourist village that brings prosperity to the community.... Evaluasi ditujukan agar kita dapat mengetahui karakteristik masing-masing objek wisata potensial dengan membandingkan kelebihan yang dimiliki. Rakib 2017 menjelaskan bahwa aspekaspek yang mendukung pengembangan daya tarik wisata khususnya sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal meliputi aspek potensi perwujudan kawasan pemukiman, aspek aksesibilitas, dan aspek sarana prasarana. ...Regal Vedrian Muhammad RakibMustari MustariMuhammad Ihsan Said AhmadThis study aimed towas to determine the utilization of tourism promotion media used by the Tourism and Culture Office of the Selayar Islands Regency in an effort to increase Regional Original Income. This study uses a descriptive qualitative approach. Informants in this study were officials of the Department of Tourism and Culture of the Selayar Islands Regency and tourists who visited tourist attractions in the Selayar Islands. Collecting data using interview, observation, and documentation methods. The results showed that the Department of Tourism and Culture of the Selayar Islands Regency in promoting tourism uses 4 promotion mixes, namely advertising, sales promotion, personal selling, and public relations. However, promotional activities have not been able to increase the Regional Original Income of the tourism sector through the number of tourist visits. Regional levies for the tourism sector are only able to contribute no more than of the Regional Original Income PAD of the Selayar Islands Regency.... The two can reconcile and relate productively Alia, 2010;Lewinson, 2006;Whitten, 2008. This condition will be effective if local wisdom continues to be developed in order to improve community welfare Azizah & Muhfiatun, 2018;Rakib, 2017. Thus, the role of local wisdom can improve the community's economics. ...Daud DuliMaryunani MaryunaniRachmad Kresna SaktiThis study analyzed forms of local wisdom in Lamalera on whaling, the role of the Lamalera locals in whaling, factors influencing Lamalera locals in whaling and, the consequences and solutions to the factors that influence the Lamalera community in whaling. The researchers used the ethnographic approach and the Sustainable Levelihood Approach SLA. The results showed that the form of local wisdom in whaling, namely the whaling tradition Leva Nuang became a life strategy for the Lamalera community in the form of local wisdom which was marked by the activities of the fishing process, traditional whaling management processes and markets barter. the whaling tradition is a customary tradition that is still maintained to this day. Factors triggering the Lamalera community to carry out whaling activities, namely social capital, namely building harmonious family relationships between fellow Lamalera communities, even with mountain communities, the role of traditional institutions and religious institutions. The Lamalera people also believe that there is land and sea relations and customary norms that become the basis for the life of the Lamalera people in the sea, namely Prohibition to catch pregnant whales, prohibition to catch blue whales Klaru, whales must be respected, not allowed to continue chasing whales when they find hills or land in the middle of the sea, and in the sea the fishermen must look at the cardinal directions, if the sun sets the fish being chased must be released. 4 sometimes the Lamalera fishing community ignores this, such as when the community catches pregnant whales.... melanda, sebelum pandemi berlangsung yang mana pelaku bisnis lebih fokus pada pengembangan usaha secara offline tanpa pemanfaatan teknologi. Dan covid-19 hadir di Indonesia dan tiba-tiba melanda para pembinis dituntut aktif jejaring sosial, seperti menjalankan promosi di akun sosial media, pembuatan konten untuk daya tarik dalam mendapat awareness.Rakib, 2017. Dan peserta diberi waktu dalam pengisian kuesioer post-test sebelum kegiatan program pelatihan ditutup. Kegiatan dievaluasi yang dikaitkan dengan berjalannya kegiatan yang berlangsung. Dan pengevaluasian pelaksaan kegiatan yang berdampak terhadap peserta yang hadir. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara umum lancar, berjalan ba ... Susetyowati SofiaRokhimah RokhimahAndi HasrunLiterasi ekonomi kreatif sebagai pendorong pada pelaku usaha mikro kecil menengah UMKM pasca pandemi covid-19 Keluarahan Klasabi Kota Sorong. Permasalah utama adalah dampak dari pandemi covid-19 terhadap perekonomian di Kelurahan Klasabi sehingga para pelaku UMKM yang lagi lesu dan mengalami keterpurukan. Tujuan pengabdian diharapkan para pelaku UMKM yang mengikuti kegiatan dapat menerapkan kekreatifitasan dalam rangka membangkitkan kembali usaha, menyesuaikan diri dengan keadaan dan strategi bertahan ketika suatu saat menghadapi kembali. Metode kegiatan dilaksanakan dengan presentasi penyampaian materi, tanya jawab, diskusi. Mengukur tingkat keberhasilan, tim menyiapkan kuesioner Post-test yang harus diisi oleh peserta setelah pelaksanaan kegiatan. Penguatan dan pemberian motivasi diberikan kepada para pelaku UMKM untuk bangkit memuali usaha kembali. Motivasi diharapkan menjadi penggerak atau pendorong para pelaku UMKM mengarahkan diri memulai tindakan sebagai pelaku usaha dengan tujuan menggerakan ekonomi keluarga untuk mendapatkan penghasilan. Memberikan dorongan tidak takut dengan tindakan yang dipilih, memberikan dorongan kegairahan membangkitkan, mengaktifkan, mengarahkan perilakunya berwirausaha pada diri sendiri untuk dapat efektif dalam mencapai kepuasan sebagai pelaku usaha. Pencapaian hasil mampu mengikuti dan menselaraskan perkembangan teknologi yang ada, dan akhirnya, usaha yang dijalankan menjadi meningkat dan berkembang kembali.... Pengembangan pelaku berdasarkan pedoman Pokdarwis [4], pengembangan sarana selaras dengan kajian Ariesta, dkk [5], dan pengembangan daya dukung masyarakat selaras dengan kajian Hamdani, dkk [6]. Strategi pengembangan dilakukan selaras dengan kajian Rakib [7] dan kajian Saepudin, dkk [8]. Perencanaan kegiatan, pengelolaan, dan evaluasi dilakukan selaras dengan kajian Wahyuni [9]. ...Sabo Dam Bendungan Sungai Pabelan sebagai infrastruktur sistem perairan untuk lahan pertanian sangat potensial dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tujuan wisata. Setelah dibangun sejak 2018, area bendungan Sungai Pabelan belum dimanfaatkan untuk kegiatan lain selain sebagai irigasi. Area tersebut sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar jika dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata. Pemanfaatan area bendungan sebagai objek wisata dirasa sangat tepat mengingat wilayah Desa Pabelan merupakan kawasan pintu masuk area wisata internasional Candi Borobudur. Hal tersebut menjadi keunggulan dan potensi yang sangat besar khususnya dalam mengenalkan destinasi wisata baru kepada masyarakat. secara umum, objek wisata Sabo Dam Sungai Pabelan dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis wisata, seperti wisata jeep adventure, camping ground, wisata edukasi, dan outbond. Namun permasalahannya, pada saat ini belum ada sarana prasarana yang mendukung. Jalan atau akses menuju bendungan ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, malahan ada di satu-dua titik yang agak susah dilalui kendaraan roda dua dan harus hati-hati. Sarana prasarana sangat diperlukan karena akan memudahkan dan memberikan kenyamanan kepada para pengunjung untuk berkunjung kepada objek wisata bendungan tersebut. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi adalah revitalisasi sarana prasarana wisata bendungan dengan mendesain sarana prasarana yang mendukung wisata bendungan. Mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah Karang Taruna Desa Pabelan. Target yang akan dicapai adalah adanya blueprint sarana prasarana wisata bendungan, yang dicapai dengan desain dengan Google Sketch Up yang dimulai dengan survei dan pengukuran lokasi pengabdian.... Penelitian yang menjadikan pemerintah, masyarakat, pemilik industri kreatif dan wisatawan sebagai subjek penelitian ini menemukan bahwa Balla Peu berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Adapun strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif yang perlu dilakukan meliputi penataan kawasan, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan promosi wisata, dan peningkatan sumber daya manusia Rakib, 2017. ... Munari KustantoTujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan dasar kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian deskriptif kuantitatif ini memanfaatkan data primer maupun data sekunder. Importance Performance Analysis IPA atau yang lebih dikenal dengan Analisis Kuadran dipilih sebagai alat analisis. Analisis dilakukan dengan merujuk tujuh dimensi yang telah ditetapkan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Berdasarkan hasil analisis 16 sub sektor ekonomi kreatif di Kabupaten Sidoarjo terbagi ke dalam empat kategori yaitu unggul, potensial, prospektif dan tertinggal. Terdapat empat sub sektor ekonomi kreatif yang masuk kategori unggul yaitu kuliner, fashion, desain produk, dan seni rupa. Dua sub sektor masuk dalam kategori potensial antara lain arsitektur dan kerajinan kriya. Lima sub sektor masuk dalam kategori prospektif yaitu desain interior, film animasi dan video, aplikasi dan games, musik, serta televisi dan radio. Terakhir terdapat lima sub sektor yang masuk dalam kategori tertinggal yaitu fotografi, periklanan, penerbitan, desain grafis, dan seni pertunjukkan. Kata Kunci ekonomi kreatif, identifikasi, pengembangan, sub sektor ekonomi kreatif Ika WidiastutiDalam mendukung desa wisata, homestay dan makanan khas menjadi daya tarik pengunjung. Tujuan studi ekonomi yaitu mendorong warga mengembangkan ekonomi kreatif untuk meningkatkan pendapatan. Partisipasi warga merupakan prioritas utama dalam kegiatan tim pengabdian masyarakat. Tujuan pengabdian yaitu supaya pendapatan dari warga desa wisata Kampoeng Boenga Grangsil, Jawa Timur mengalami peningkatan. Metode yang digunakan yaitu pendekatan partisipatif. Hasil dari pengabdian yaitu mengadakan pendampingan kepada warga tentang penataan rumah menjadi homestay, melaksanakan perbaikan dan kelengkapan homestay, untuk daya tarik wisatawan supaya berkunjung. Warga desa wisata Kampoeng Boenga Grangsil, Jawa Timur memerlukan studi ilmu ekonomi tentang homestay dan keripik talas untuk perkembangan bisnis. Selain itu, warga diberikan pendampingan dalam mengemas keripik talas dan membuat kuliner yang dipasarkan secara online, adanya antusias dan dukungan warga untuk program homestay dan keripik talas. Ika WidiastutiBasically, raising catfish is relatively easy compared to keeping other animals because of its resistance in quite extreme environments and in many media such as patent ponds, tarpaulin ponds, buckets, and so on. With this convenience, catfish farming can be used by the community for food security and to improve the economy by selling the cultivated products that have been innovated into products. Product innovation can increase the economic value of selling catfish as raw material. In increasing the selling price of catfish, product innovations were made from catfish to shredded catfish. Shredded is processed animal meat as a side dish and has a relatively long shelf life of up to 6 months. Catfish that are grown in greenhouses are not only sold directly to the community but are processed first to maximize profits and the selling price of catfish. Keywords catfish, product innovation, shredded catfishPengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025R I DepdagDepdag RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Management of FacilitiesRogerJ Dan SlinnRoger, A dan Slinn, J. 1998. Tourism Management of Facilities. London Pitman Dan EadingtonSmith dan Eadington. 1992. Tourism and Alternatves. University of Pennsiylvania. Press. Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka UmumR G SoekadijoSoekadijo, 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka Pariwisata Sejarah dan ProspeknyaJ SpillaneSpillane, J. 2000. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta Penerbit KanisiusG SuwantoroSuwantoro, G. 2000. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industrIUndang-UndangUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan WeilerC M DanHallWeiler, B., dan C. M. Hall. 1992. Special Interest Tourism. London Belhaven Books.

Keragamanbudaya berpotensi besar untuk peningkatan taraf ekonomi masyarakatnya. Akan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini keragaman budaya tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. loading...Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kemenkomarves mendorong penguatan hak kekayaan intelektual HKI untuk meningkatkan nilai tambah di sektor ekonomi kreatif dan ekonomi digital. Foto/Dok JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kemenkomarves mendorong penguatan hak kekayaan intelektual HKI untuk meningkatkan nilai tambah di sektor ekonomi kreatif dan ekonomi digital. Adapun kekayaan intelektual dimaksud adalah yang bersifat komunal.“Membangun ekosistem inovasi parekraf dapat dilakukan dengan mendorong koordinasi kolaborasi dan kemitraan multi pihak untuk percepatan dan penyederhanaan tata kelola Kekayaan Intelektual KI dalam mendukung pembangunan berkelanjutan,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Sosio-Antropologi Kemenkomarves, Tukul Rameyo Adi, di tersebut yaitu membangun pusat data KIK yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual DJKI Kementerian Hukum dan HAM dan menyinergikan dengan yang dilakukan oleh beberapa kementerian, universitas serta lembaga penelitian melalui program Knowledge Management System KMS. “Sinergi untuk meningkatkan daya saing dan mempertajam inovasi,” ujar menjelaskan, kekayaan intelektual komunal KIK berkaitan erat dengan budaya lokal. Bentuk berupa pengetahuan tradisi dan kearifan lokal. Kedua unsur itu telah dicanangkan sebagai modal sosial budaya bagi pembangunan nasional jangka menengah dokumen RPJMN 2020-2024, Kekayaan Intelektual KI bidang ekonomi kreatif didukung paling tidak dua strategi atau program prioritas. Pertama, peningkatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital. Kedua, penguatan budaya literasi, inovasi dan kreativitas, serta terkait dengan Kebijakan Kelautan Indonesia pilar VI tentang Pembangunan Budaya pada Program Prioritas Penyediaan Insentif Penerapan dan Komersialisasi HKI, terdapat tiga kegiatan dengan indikator sasaran dan target. Pertama, pelaku ekonomi kreatif yang mendapat fasilitasi konsultasi HKI dengan target akumulatif orang selama 5 tahun.“Kedua, produk atau jasa ekonomi kreatif yang didaftarkan HKI dengan target akumulatif produk/jasa selama 5 tahun. Terakhir, pelaku atau usaha kreatif yang difasilitasi komersialisasi HKI dengan target akumulatif 1025 orang/usaha selama 5 tahun,” imbuh KI pada peningkatan budaya literasi, inovasi dan kreativitas, juga diharapkan dapat meningkatkan indeks budaya literasi dari pada 2015 menjadi pada 2024 nanti. Caranya yaitu melalui kegiatan antara lain peningkatan budaya literasi, pengembangan budaya iptek, inovasi, kreativitas, serta daya cipta dan penguatan institusi sosial penggerak literasi dan satu aksi jangka pendek, kata Rameyo, yaitu inisiatif destinasi Toba sebagai showcase model penguatan ekosistem dan kelembagaan HKI. “Mengingat masih lemahnya literasi di masyarakat pelaku ekonomi kreatif terhadap manfaat HKI serta sistem tata kelolanya, ini selaras dengan program nasional tentang penguatan institusi sosial penggerak literasi dan inovasi,” kegiatan jangka menengah periode 2021-2024 ditentukan target-target yang akan dicapai dengan mengacu pada RPJMN. Sebagai gambaran, Rameyo merujuk pada informasi Bappenas bahwa Indonesia memiliki sekitar kelompok etnik dengan keragaman budaya, pengetahuan/kearifan tradisi. Jumlah itu sangat banyak dibandingkan China yang memiliki sekitar 53 kelompok etnik. Apabila keanekaragaman ini digabungkan dengan sumber daya, seharusnya Indonesia mampu melahirkan berbagai HKI setara dengan Tiongkok. akr PERTIMBANGAN Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 ini ditetapkan dengan pertimbangan. bahwa keanekaragaman hayati di dunia, khususnya di Indonesia, berperan penting untuk berlanjutnya proses evolusi serta terpeliharanya keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer; bahwa keanekaragaman hayati yang meliputi ekosistem, jenis dan genetik yang JAKARTA - Ekonomi kreatif adalah proses ekonomi yang termasuk kegiatan produksi dan distribusi barang atau jasa di dalamnya yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta kemampuan intelektual dalam membangunnya. Ekonomi kreatif merupakan gabungan dua kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Ekonomi kreatif awalnya merupakan aliran ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke-21. Aliran ekonomi tersebut diketahui mengutamakan nilai intelektual dalam menciptakan uang, menambah kesempatan kerja dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Dalam konsep ekonomi kreatif, salah satu hal terbesar yang dibutuhkan adalah kreativitas. Hal itu karena industri kreatif merupakan inti dari bidang ekonomi kreatif yang digerakkan oleh para kreator dan inovator. Berikut ini adalah beberapa hal tentang ekonomi kreatif yang sudah dilansir dari berbagai sumber 1. Manfaat ekonomi kreatif Membuka lapangan pekerjaan baru Ekonomi kreatif tidak hanya berpengaruh terhadap perkembangan inovasi dan segi kreativitas masyarakat saja, namun juga membuka jalan untuk lapangan pekerjaan baru. Semakin banyaknya inovasi dan kreativitas dari orang-orang yang membuka bisnis, maka akan semakin banyak juga produk-produk baru yang dihasilkan. Meningkatkan inovasi di berbagai bidang Dengan munculnya ide-ide yang baru, masyarakat juga akan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhannya dengan terus meningkatkan inovasi di berbagai bidang. Peningkatan inovasi di berbagai bidang industri juga secara tidak langsung akan meningkatkan pemerataan ekonomi di berbagai bidang. Mengurangi angka pengangguran Bidang ekonomi kreatif bisa mengurangi angka pengangguran karena seiring berjalannya waktu, sektor-sektor industri ekonomi kreatif juga akan terus berkembang dan akan semakin banyak membutuhkan sumber daya manusia. Hal inilah yang nantinya akan mengurangi angka pengangguran. 2. Ciri-ciri ekonomi kreatif Mudah diganti atau diubah Suatu produk yang dihasilkan dari usaha ekonomi kreatif akan mudah diganti dan diubah menurut keinginan konsumen. Fleksibilitas dalam pembuatan produk ini bisa meningkatkan kenyamanan pada konsumen karena merasa kebutuhan atau keinginannya bisa dipenuhi oleh sebuah perusahaan. Tidak ada Batasan Ide kreatif dan inovatif akan selalu ada dan tidak ada matinya, hanya saja tergantung dari kita ingin mengasah ide-ide kreatif atau tidak. Karena itu, pengembangan ekonomi kreatif tidak ada batasannya. Memerlukan Kerja samaDalam mengembangkan ekonomi kreatif sangat dibutuhkan kerja sama agar usaha yang dibangun menjadi maksimal. Karena dengan kerja sama, akan ada banyak ide kreatif yang muncul, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu menarik perhatian konsumen. Memiliki nilai budayaBeberapa usaha kreatif yang mengandung nilai-nilai budaya, seperti usaha batik, usaha kerajinan tangan, hingga usaha film. Karena itu, produk-produk ekonomi kreatif yang memiliki nilai-nilai budaya bisa diekspor. Bisa mengikuti tren dengan mudah Salah satu kelebihan dari ekonomi kreatif adalah bisa mengikuti tren dengan mudah. Dengan kata lain, suatu produk yang ingin diciptakan sangat fleksibel karena bisa diubah-ubah. sehingga akan banyak konsumen yang ingin membeli produk yang sedang tren. 3. Faktor pendorong ekonomi kreatif Tenaga kerja Tenaga kerja menjadi faktor utama. Hal ini dikarenakan manusia sebagai sumber daya yang menjadi penggerak perekonomian ini. Jika tenaga kerja yang menjadi sumber daya manusianya memadai dan berkualitas, maka perekonomian yang dijalankan juga akan berjalan dengan baik. Kreativitas dalam sektor ekonomiKreativitas sendiri merupakan suatu proses mental seseorang dalam memunculkan ide dan gagasan yang sifatnya baru. Kreativitas yang ada dalam perekonomian biasanya memiliki tujuan untuk meningkatkan pemasukan dan hasil perekonomian. Objek dalam perekonomian ini umumnya berbentuk barang dan jasa kreatif hasil inovasi dan pemikiran manusia, sehingga perekonomian ini disebut sebagai ekonomi kreatif. Teknologi maju Kemudahan akses yang bisa kamu ambil dari kemajuan teknologi bisa membantu perekonomian semakin maju. jika dimanfaatkan dengan baik, teknologi bisa menekan kesulitan dan masalah yang ditemukan dalam proses perekonomian ini. Media sosial Media sosial bisa digunakan dengan berbagai tujuan penggunaannya. Penggunaan media sosial tentunya bisa digunakan oleh para ekonom yang salah satunya bergerak di dalam ekonomi ini. Kemudahan dalam akses komunikasiAkses komunikasi yang mudah tentunya akan membantu para pelaku ekonomi ini dalam melakukan usaha industrinya. Pengakuan dan apresiasi publik dibutuhkan oleh pelaku ekonomi ini untuk terus berkarya dan mengembangkan potensinya. Kemudahan dalam akses komunikasi akan memberikan dampak positif yang sangat besar. Jika hal ini benar-benar terwujud maka perekonomian akan terus menghasilkan keuntungan dalam proses pemasarannya yang semakin luas efek akses yang mudah ini. 4. Konsep ekonomi kreatif Inovasi Inovasi merupakan ide dan gagasan yang kreatif dengan memanfaatkan penemuan yang sudah ada untuk menghasilkan suatu produk atau proses yang dapat bernilai tambah dan bermanfaat. Inovasi juga bisa menghasilkan sesuatu dengan nilai jual yang lebih tinggi dan lebih bermanfaat. Kreativitas Dalam hal ini, kreativitas diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang unik, fresh dan bisa diterima secara umum. Kreativitas juga bisa menghasilkan ide baru sebagai solusi dari suatu masalah atau melakukan hal berbeda yang sudah ada. Penemuan Penemuan merupakan penciptaan suatu yang belum pernah ada sebelumnya sehingga bisa diakui sebagai karya yang memiliki fungsi unik. Dengan menggabungkan ketiga konsep ekonomi kreatif ini, pengusaha akan lebih mampu untuk bersaing dengan pebisnis lain. 5. Jenis-jenis ekonomi kreatif Arsitektur Dengan kreativitas dan inovasi, arsitektur bisa mengubah lingkungan ataupun ruang menjadi bangunan untuk keperluan manusia. Tidak hanya membantu manusia dalam membangun sesuatu yang sifatnya pribadi, arsitektur juga bisa digunakan untuk pembangunan fasilitas umum. Musik Bidang musik melibatkan penciptaan lagu. Mulai dari proses rekaman hingga distribusinya. Tidak hanya bernilai ekonomi, musik juga bisa membawa manfaat untuk kebudayaan dan kehidupan sosial. TV dan radioTV dna radio merupakan jenis elektronik yang banyak dimiliki masyarakat untuk mendapatkan hiburan sekaligus pengetahuan. Dalam menjalani bidang industri yang satu ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang kreatif. Fashion Dalam bisnis ini, tidak hanya produksi pakaian tetapi juga beserta aksesorisnya seperti tas, jam tangan, sepatu hingga dompet. Selain memproduksi bidang ekonomi kreatif yang satu ini biasanya mengadakan konsultasi dan distribusi produk. Aplikasi Aplikasi merupakan bidang industri kreatif yang banyak disukai di era serba teknologi sekarang ini. Munculnya aplikasi bisa memudahkan manusia untuk beraktivitas. Jadi, lebih hemat waktu dan tenaga. 6. Subtektor ekonomi kreatif Desain interior. Musik. Aristektur. Pengembangan permainan. Seni rupa. Kuliner. Fotografi. Seni pertunjukan. Kriya. 7. Upaya meningkatkan ekonomi kreatif Membuat Roadmap Industri kreatif yang melibatkan berbagai Lembaga pemerintah dan kalangan swasta. Membuat Indonesia Creative Council yang menjadi jembatan untuk menyediakan fasilitas bagi para pelaku industri kreatif. Membuat program komprehensif untuk menggerakkan industri kreatif melalui Pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, desain, mutu dan pengembangan pasar. Menyiapkan insentif untuk memacu pertumbuhan industri kreatif berbasis budaya. Insentif tersebut meliputi perlindungan produk budaya, kemudahan memperoleh dana pengembangan dan fasilitas pemasaran. Itulah beberapa hal tentang ekonomi kreatif yang mungkin kamu belum ketahui. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Novita Sari Simamora Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam Pengembanganekonomi kreatif 30 Pengembangan Ekonomi Kreatif Kerajinan Sutera di Kabupaten Wajo Helda Ibrahim1, Majdah M. Zain2, Suardi Bakri3, Awaluddin Yunus4, Tamzil Ibrahim5 1,2,3,4,5Fakultas Pertanian,Universitas Islam Makassar Abstract. Silk development in Wajo Regency is relatively strategic since it involves farmers, opens business Arce, Alberto dan Long, Norman, Anthropology, Development, and Modernities London Routledge, 2000 Barnard, Alan, History and Theory in Anthropology London Cambridge University Press, 2004 Benedict, Anderson, Komunitas-Komunitas Imajiner Renungan Tentang Asal-Usul Dan Penyebaran Nasionalisme yogyakarta Pustaka Pelajar, 1999 Boccella, Nicola, and Irene Salerno, Creative Economy, Cultural Industries and Local Development’, Procedia-Social and Behavioral Sciences, 223 2016, 291–96 Donovan, Wendy Gunn & Jared, Design and Anthropology Burlington Ashgate Publishing Ltd, 2012 Furnivall, Colonial Policy and Practice London Cambridge University Press, 1984 Klinken, Van. G, Perang Kota Kecil Kekerasan Komunal Dan Demokratisasi Di Indonesia Jakarta Yayasan Obor, 2007 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta Rineka Cipta, 2009 Kong, Lily, Ambitions of a Global City Arts, Culture and Creative Economy in “Post-Crisis” Singapore’, International Journal of Cultural Policy, 2012, 279–94 Kreatif, Badan Ekonomi, Data Statistik Dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif’, Jakarta Badan Ekonomi Kreatif, 2017 Lestari, Gina, Bhinnekha Tunggal Ika Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan SARA’, Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2016 Liep, John, Locating Cultural Creativity Virginia Pluto Press, 2001 Marzali, Amri, Antropologi Dan Pembangunan Indonesia Jakarta Prenada Media Group Moelyono, Mauled, Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan Dan Keutuhan Jakarta Raja Grafindo Persada, 2010 Nandini, Rensi Mei, Dampak Usaha Ekonomi Kreatif Terhadap Masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri’, Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik, 2016, 1–11 Pangestu, Elka Mari, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 Cetak Biru Ekonomi Kreatif Jakarta Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008 Purnomo, A. Rochmat, Ekonomi Kreatif Pilar Pembangunan Indonesia Surakarta Ziyad Visi Media, 2016 Risladiba, Risladiba, and Dadang Sundawa, Implementation of Pancasila Values in Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Community to Make Good and Smart Citizens’, in Annual Civic Education Conference ACEC 2018 Atlantis Press, 2018, p. 406 Suparlan, Parsudi, Sukubangsa Dan Hubungan Antar-Sukubangsa Jakarta YPKIK Press, 2005 Toffler, Alvin, The Third Wave New York Bantam Book, 1980 Trianingsih, Rima, Pendidikan Dalam Proses Kebudayaan Yang Multikultural Di Indonesia’, Tarbiyatuna Kajian Pendidikan Islam, 2017, 1–12 Widiastuti, Widiastuti, Analisis SWOT Keragaman Budaya Indonesia’, Jurnal Ilmiah Widya, 2013
Keanekaragamannilai sosial budaya masyarakat yang terkandung di dalam kearifan lokal itu umumnya bersifat verbal dan tidak sepenuhnya terdokumentasi dengan baik. Di samping itu ada norma-norma sosial, baik yang bersifat anjuran, larangan, maupun persyaratan adat yang ditetapkan untuk aktivitas tertentu yang perlu dikaji lebih jauh.
Abstrak Persaingan global dan menipisnya cadangan sumberdaya alam semakin mendorong negara-negara di dunia untuk mencari alternatif perekonomian yang tidak bergantung pada alam. Salah satu alternatif yang ditempuh adalah dengan mengalihkan pilihan pada ekonomi kreatif, yaitu perekonomian yang berbasis pada kreativitas dan kemampuan intelektual. Hal ini karena industri kreatif banyak memberikan kontribusi secara nyata pada perekonomian negara, yaitu peningkatan nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, serta salah satu penyumbang Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Kota Semarang sebagai kota metropolitan memiliki berbagai potensi, baik potensi sosial, ekonomi maupun budaya untuk dapat dikembangkan menjadi industri kreatif. Namun pada kenyataannya, Kota Semarang belum dapat memanfaatkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan sebagai industri kreatif seperti kota-kota lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu kajian untuk mengetahui potensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kota Semarang dalam mengembangkan industri kreatif. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Riptek, Tahun 2010, Hal. 11 - 19 * Staf Pengajar Fakultas Teknik Undip Semarang ANALISIS POTENSI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH KOTA SEMARANG DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Artiningsih, Rukuh Setiadi dan Duhita Mayangsasri * Abstrak Persaingan global dan menipisnya cadangan sumberdaya alam semakin mendorong negara-negara di dunia untuk mencari alternatif perekonomian yang tidak bergantung pada alam. Salah satu alternatif yang ditempuh adalah dengan mengalihkan pilihan pada ekonomi kreatif, yaitu perekonomian yang berbasis pada kreativitas dan kemampuan intelektual. Hal ini karena industri kreatif banyak memberikan kontribusi secara nyata pada perekonomian negara, yaitu peningkatan nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, serta salah satu penyumbang Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Kota Semarang sebagai kota metropolitan memiliki berbagai potensi, baik potensi sosial, ekonomi maupun budaya untuk dapat dikembangkan menjadi industri kreatif. Namun pada kenyataannya, Kota Semarang belum dapat memanfaatkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan sebagai industri kreatif seperti kota-kota lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu kajian untuk mengetahui potensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kota Semarang dalam mengembangkan industri kreatif. Kata kunci Industri kreatif, potensi sosial ekonomi dan budaya Latar Belakang Persaingan global dan menipisnya cadangan sumberdaya alam dewasa ini semakin mendorong negara-negara di dunia untuk mencari alternatif perekonomian yang tidak bergantung pada alam, salah satu alternatif yang ditempuh adalah dengan mengalihkan pilihan pada ekonomi kreatif, yaitu perekonomian yang berbasis pada kreativitas dan kemampuan intelektual. Menurut UNCTAD, 2008 ekonomi kreatif dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dan menitikberatkan kreativitas sebagai aset utama guna membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Keberadaan industri kreatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan konsep ekonomi kreatif. Menurut UNCTAD 2008, industri kreatif adalah jantung dari ekonomi kreatif. Hal ini karena industri kreatif banyak memberikan kontribusi secara nyata pada perekonomian negara, yaitu peningkatan nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, serta salah satu penyumbang Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Studi Pemetaan Industri Kreatif oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia pada tahun 2007 telah memetakan industri kreatif menjadi 14 jenis, yaitu periklanan; pasar seni dan barang antik; desain; video, film, dan fotografi; musik; penerbitan dan percetakan; televisi dan radio; arsitektur; kerajinan; fashion; permainan interaktif; seni pertunjukan; layanan komputer dan piranti lunak; riset dan pengembangan. Kota Semarang belum mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki, seperti adanya wilayah pesisir pantai dan laut, adanya dataran tinggi bukit dan gunung, adanya bangunan-bangunan bersejarah, ketersediaan infrastruktur, berada di posisi strategis di jalur persimpangan kota-kota besar. Kota Semarang belum dapat mengembangkan industri kreatif seperti Kota Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu kajian untuk mengetahui potensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kota Semarang dalam mengembangkan industri kreatif. Diharapkan hasil kajian ini akan dapat digunakan sebagai rekomendasi strategis dalam pengembangan industri kreatif di Kota Semarang dan pada saat yang sama menjadi bagian dari upaya dalam pengembangan ekonomi lokal. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang, maka pertanyaan penelitian yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah “Apa saja potensi yang dimiliki Kota Semarang dalam pengembangan industri kreatif?” Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di wilayah Kota Semarang dalam pengembangan industri kreatif. Adapun sasaran yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian antara lain 1. Identifikasi dan pemetaan potensi sosial, ekonomi, dan budaya Kota Semarang, mencakup bentuk kegiatan dan peran stakeholders yang terlibat. 2. Analisis upaya penciptaan nilai tambah ekonomi dan kreativitas dalam Analisis Potensi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Kota Semarang Dalam Pengembangan Industri Kreatif Artiningsih, dkk menumbuhkan pertalian usaha baru yang sudah dilakukan dengan value chain. 3. Analisis potensi dan prioritas pengembangan industri kreatif berdasarkan hasil value chain dan pengalaman terbaik dari daerah lain. 4. Rekomendasi strategis atas peluang pengembangan industri kreatif sesuai potensi sosial, ekonomi, dan budaya yang khas dari Kota Semarang. Kerangka Pemikiran Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dalam mencapai tujuan yang diharapkan adalah berawal dari pengidentifikasian potensi-potensi yang dimiliki oleh Kota Semarang. Identifikasi maupun pemetaan potensi tersebut tidak hanya ditinjau dari aktivitas ekonomi saja, melainkan sosial dan budaya, dimana hasil dari pemetaan tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi potensi apa saja yang dapat berpengaruh dalam pengembangan industri kreatif di Kota Semarang. Hasil dari pemetaan potensi tersebut kemudian dilakukan suatu analisa untuk mengetahui seberapa besar upaya dalam satu industri untuk menciptakan nilai tambah dengan menggunakan sumber daya terbarukan. Upaya penciptaan nilai tambah dilakukan melalui analisa value chain. Hasil dari analisa tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar dalam mengidentifikasi potensi, prioritas serta peningkatan daya saing industri-industri kreatif yang berpotensi tersebut dalam pengembangan industri kreatif di Kota Semarang. Pada akhirnya ujung tombak pada penelitian ini yakni sebagai bahan masukan/rekomendasi kepada pemerintah Kota Semarang terkait dalam pengembangan industri kreatif. Pengertian Industri Kreatif Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang pada saat ini sudah tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan hidup sesuai dengan standar kesejahteraan yang diinginkan. Dimulai dari era ekonomi pertanian, ekonomi industri hingga era ekonomi teknologi dan informasi, penggunaan sumberdaya alam semakin meningkat. Sementara, di sisi lain ketersediaan sumberdaya alam semakin terbatas sebagai akibat dari tingginya intensitas eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan industri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kreativitas lain yang secara ekonomi menghasilkan nilai tambah, tetapi tidak terlalu bergantung pada sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kreativitas tersebut diharapkan dapat menggali berbagai potensi lokal yang ada secara optimal, sebagai modal untuk mengentaskan kemiskinan serta mendorong peningkatan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Industri kreatif, menurut United Kingdom Departement Culture, Media and Sport DCMS, 2001 adalah berbagai hal yang memerlukan kreativitas, ketrampilan, dan bakat yang dilakukan untuk penciptaan kesempatan kerja dan kesejahteraan melalui eksploitasi properti intelektual. Kegiatan yang tercakup, antara lain meliputi iklan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, film dan video, musik, seni pertunjukan, percetakan, software, televisi dan radio serta video dan game komputer. Menurut UNCTAD dalam UN, 2008, industri kreatif didefinisikan sebagai 1. Siklus kreasi, produksi, dan distribusi barang jasa yang menggunakan modal kreativitas dan intelektual sebagai input utama. 2. Serangkaian kegiatan berbasis pengetahuan yang ditekankan pada seni yang berpotensi memberikan pendapatan dari perdagangan dan hak atas properti intelektual. 3. Terdiri atas produk intelektual atau jasa artistik, baik kasat mata dan tidak, dengan materi kreatif, bernilai ekonomi, dan memiliki sasaran pasar yang jelas. 4. Persimpangan antara kesenian, jasa, dan sektor industri. 5. Perwujudan sektor baru yang dinamis pada perdagangan dunia. Jenis dan Kriteria Industri Kreatif Pengembangan industri kreatif tidak terlepas dari keluaran dan hasil dari manifestasi kreativitas, yang akan dipengaruhi oleh empat jenis modal yaitu modal sosial, budaya, manusia dan struktur atau institusinya. Riptek, Tahun 2010, Hal. 11 - 19 13 Kreativitas atas produk barang dan jasa akan ditentukan oleh keberadaan industri kreatif, dimana eringkali ada perbedaan pemahaman atas produk budaya dan produk kreatif. Konsep produk budaya di sini diartikulasikan sebagai representasi budaya yang ada dan diterima dalam masyarakat, dapat pula sebagai produk budaya yang memiliki nilai-nilai sesuai yang dianut oleh masyarakatnya. Berdasarkan atas dua konsep tersebut, produk budaya adalah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan budaya yang sekarang ini diterima atau dianut oleh masyarakat. Sementara, kreativitas atas barang dan jasa budaya akan didefinisikan sebagai produk yang dibuat manusia man-made, yang dihasilkan dari suatu tingkatan kreativitas atas produk budaya yang ada. Dengan demikian, produk kreatif lebih luas dibandingkan produk budaya, karena ada upaya mengolah apa yang sudah dihasilkan dalam produk budaya secara kreatif. Dengan kata lain, ada upaya inovasi yang akan muncul. Adapun pemerintah Indonesia menggolongkan jenis industri kreatif ke dalam 14 kategori, antara lain Lihat Tabel 1. Pemetaan Potensi Ekonomi, Sosial, dan Budaya Kota Semarang Kota Semarang sebagai kota metropolitan sebenarnya memiliki berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan, baik yang ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan hasil analisa pemetaan potensi industri kreatif Kota Semarang, adapun beberapa potensi industri kreatif yang dapat dikembangkan ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan budaya sebagai berikut. Tabel 1 Jenis dan Kriteria Industri Kreatif Ditinjau dari aspek ekonomi, dapat diketahui pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Analisis Pemetaan Potensi Ekonomi Kota Semarang dalam Pengembangan Industri Kreatif Ditinjau dari aspek sosial, potensi yang dimiliki Kota Semarang mencakup keragaman etnis, keterbukaan masyarakat, dan interaksi sosial. Adapun analisis pemetaan potensi sosial tersebut, sebagai berikut. Tabel 3 Analisis Pemetaan Potensi Sosial Kota Semarang dalam Pengembangan Industri Kreatif Sedangkan ditinjau dari aspek budaya, potensi budaya Kota Semarang yang menonjol dapat diketahui dari beberapa peninggalan seperti warisan kuliner, bangunan-bangunan dengan arsitektur yang khas, serta berbagai event tahunan yang diselenggarakan. Dep. Perdagangan Indonesia Situs Budaya o Candi o Kraton o Klenteng Warisan ïƒ seluruh benda peninggalan nenek moyang berupa bangunan, arsitektur, dan benda-benda lain berserta rangkaian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi identitas masyarakat. Ekspresi Budaya Tradisional o Festival o Upacara o Tarian o Kuliner 1. Kerajinan diproduksi tanpa mesin oleh perajin Seni Visual o Film o Fotografi 2. Video, Film, Fotografi Seni ïƒ Bentuk penggambaran alam yang diekspresikan dalam dokumentasi visual dan pertunjukan sesuai budaya masyarakat yang berlaku, atau dapat diterima oleh masyarakat Seni Pertunjukan o Musik o Teater o Tari 3. Musik 4. Seni Pertunjukan 5. Pasar barang Seni Percetakan o Buku o Koran dan Majalah 6. Penerbitan dan Percetakan Media ïƒ Mencakup alat penyampaian informasi dan komunikasi serta inovasi teknologi dan pengetahuan. Menjadi alat pembelajaran masyarakat. Audio Visual o Radio o Televisi Media Baru o Software, o video games 8. Permainan Interaktif 9. Layanan Komputer dan Piranti Lunak Desain o Produk o Fashion 10. Desain Grafis, interior, produk, industri, pemasaran, kemasan, konsultasi jasa identitas perusahaan 11. Fesyen baju, alas kaki, asesoris, dan distribusinya Kreasi Fungsional ïƒ Ekspresi seni, pengetahuan dan budaya masyarakat yang diolah dalam produk fungsional untuk kepentingan praktis. Jasa/Layanan Kreatif o Arsitektur o Periklanan o Penelitian & Pengembangan o Rekreasi 12. Arsitektur 13. Periklanan 14. Penelitian & Pengembangan Peluang Pengembangan Industri Kreatif Keragaman Etnis o Jawa o Tionghoa o Melayu o Arab o Koja o Lainnya Penggalian ciri-ciri atau tipologi daerah yang dipengaruhi oleh keragaman etnis o Film, Video, Fotografi o Arsitektur o Penerbitan o Desain o Fashion o Permainan Interaktif o Peningkatan interaksi dan toleransi sosial o Pengembangan industri kreatif yang inklusif Keragaman Agama dan kepercayaan o Islam o Nasrani o Budha o Kong Hu Chu o Hindu Penggalian ciri-ciri atau tipologi daerah yang dipengaruhi oleh keragaman agama Keterbukaan Masyarakat dan interaksi sosial yang inklusif o Penerbitan Suara Merdeka, Olga, Wawasan o Radio Gadjah Mada, Imelda, Suara Semarang, dll o TV Pro TV. Tvku, Borobudur o Fashion Batik Semarang, Anne Avantie, Kaos Oblong, Gampang Sembarangan, dll o Fotografi Komunitas Fotografer Semarang. o Akulturasi budaya dalam produk gaya hidup masyarakat o Komunitas gaya hidup Peluang Pengembangan Industri Kreatif Pengembangan Wisata Bahari dan Museum Kelautan di Pelabuhan Sunda Kelapa Wisata Bahari dan Museum Kelautan o Peningkatan nilai tambah pada mata rantai distribusi dan komersialisasi produk industri kreatif Pasar Tradisional o Pasar Johar o Pasar Yaik o Pasar Jatingaleh o Pasar Kobong o Pasar Gang Baru o Pasar Bulu o Pasar Peterongan Pasar Barang Antik o Jl. Sriwijaya, Jakarta o Triwindu, Solo Pasar Batik dan Kerajinan o Beringharjo, Jogja Pasar Seni o Ancol, Jakarta o Sukowati, Denpasar Pasar Ikan dan Kuliner o Toradomori, Jepang o Pasar Barang Antik, o Pasar Seni, o Batik dan kerajinan, o Mebel dan Dekorasi interior, o Pasar ikan dan Kuliner o Pasar Semawis Gang Baru Pedagang Kaki Lima o Pasar Burung Kartini o Kuliner, Simpang Lima o Pasar Ngasem Jogja o Malioboro, Jogja o Fotografi o Pasar Burung o Kuliner Kaki Lima Analisis Potensi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Kota Semarang Dalam Pengembangan Industri Kreatif Artiningsih, dkk Tabel 4 Analisis Pemetaan Potensi Budaya di Kota Semarang dalam Pengembangan Industri Kreatif Persepsi Antar Stakeholder Perkembangan industri kreatif di Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh para stakeholder terkait yakni dukungan pemerintah, dukungan para cendekiawan, serta pelaku usaha. Secara garis besar, pemerintah telah banyak memberikan berbagai macam bentuk bantuan kepada para pengusaha industri di Kota Semarang, usaha industri kreatif pun sudah semakin banyak bermunculan di Kota Semarang. Namun pada kenyataannya, belum terjadi kesinambungan dan keberlanjutan di antara stakeholder terkait. Masih banyak berbagai ketimpangan yang terjadi. Kesinambungan diantara stakeholder dirasa cukup menjadi point penting didalam pengembangan industri kreatif. Dengan adanya penilaian terhadap persepsi antar stakeholder, maka diharapkan pemerintah kota akan mampu menilai jenis industri kreatif apa saja yang layak untuk didukung secara optimal, sehingga pada akhirnya Kota Semarang tidak akan kalah dengan kota-kota lain di Indonesia, seperti Kota Bandung dan Yogyakarta dalam hal industri kreatif. Upaya Penciptaan Nilai Tambah Industri Kreatif Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana upaya penciptaan nilai tambah dari produk-produk unggulan Kota Semarang berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi mata rantai dari tiap-tiap produk unggulan. Hasil dari analisis ini akan digunakan sebagai dasar penentuan potensi dan prioritas industri kreatif di Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa secara umum industri kreatif di Kota Semarang tergolong lemah terkait dalam upaya penciptaan nilai tambah. Semakin panjang mata rantai yang dilakukan dalam suatu industri, akan semakin berkembang industri tersebut. Sebagian besar industri kreatif di Kota Semarang belum mampu menjadi ikon yang mencerminkan Kota Semarang, sementara sebenarnya banyak potensi yang dapat dikembangkan. Ditinjau dari segi pendistribusian produk, hanya sebagian kecil industri yang telah berhasil menembus pasar internasional, namun industri-industri tersebut belum cukup berkontribusi terhadap pendapatan Kota Semarang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perkembangan industri kreatif di Kota Semarang masih bersifat individual, sementara dalam pengembangannya, industri kreatif akan selalu berkaitan dan berpengaruh terhadap perkembangan jenis industri lain. Penilaian Potensi Industri Kreatif Penilaian potensi industri kreatif di Kota Semarang digunakan untuk menilai jenis industri kreatif mana yang memiliki perkembangan yang baik, sedang, dan buruk di Kota Semarang, dimana dilakukan berdasarkan penilaian atas perkembangan industri kreatif eksisting berdasarkan 6 variabel yaitu inovasi dan kreasi, sumber daya terbarukan, kontribusi ekonomi, dampak sosial, citra bangsa serta iklim bisnis. Dengan adanya penilaian tersebut, maka diharapkan pemerintah kota akan mampu menilai jenis industri kreatif apa saja yang layak untuk didukung secara optimal, sehingga Kota Semarang tidak akan kalah dengan kota-kota lain di Indonesia, seperti Bandung dan Yogyakarta dalam hal industri kreatif. Gambar 2 Grafik Hasil Skoring Industri Kreatif Peluang Pengembangan Industri Kreatif Seni tari dan pertunjukan o Ngesti Pandowo Seni Musik Seni Lukis dan Grafis Produk budaya tidak bisa dan bukan untuk diindustrikan, namun reproduksi dari pencapaian kebudayaan bisa diindustrkan dikomersialisasikan, film atas seni pertunjukan bisa dijual dalam bentuk VCD o Film, Video, Fotografi o Arsitektur o Penerbitan o Desain o Fashion o Permainan Interaktif o Agen Ticketing o Jasa Konvensi dan Pameran o Pencitraan dan peningkatan Jati Diri Khas Daerah Sanggar Seni dan Kelompok Budaya o Gambang Semarang o Dewan Kesenian Promosi budaya tradisional dan modern o Pelatihan dan penularan ketrampilan o Taman Budaya Raden Saleh o Gedung Sobokartti Promosi budaya tradisional dan modern o Peningkatan intensitas promosi budaya Arsitektur dan Bangunan o Kota Lama o Lawang Sewu o Klenteng Sam Po Kong, Tay Kay Sie o Vihara o Masjid Kauman o Masjid Agung Jateng o Gereja Blenduk o Revitalisasi Kota Lama di Jakarta Kota o Komunitas pencinta Kota Tua o Pemandu Wisata bersepeda o Komunitas Jelajah Museum o Arsitektur o Desain o Film, Video, Fotografi o Penerbitan o Desain o Fashion o Permainan Interaktif o Penciptaan event o Peniptaan warisan budaya sebagai ikon Kota Semarang Event Budaya o Pasar Semawis, menyambut Tahun Baru Imlek o Pameran Batik o Kuliner Tradisional o Dugderan dan warak ngendok Pengenalan tradisi Tionghoa pada etnis lain o Wayang potehi o Liong dan Barongsai o Kuliner Pia, Lumpia, Mie, Es Tjong Lik, Wedang Tahu dll o Wushu Pengenalan tradisi Islam Melayu, Arab, Jawa o Film, Video dan Fotografi o Seni Pertunjukan o Musik o Penerbitan o Fashion o Pasar Seni dan Barang Antik o Desain o Keanekaragaman tema dan jenis industri kreatif yang terlibat o Multistakeholder yang inklusif o Peningkatan pencitraan o Peningkatan daya saing Riptek, Tahun 2010, Hal. 11 - 19 15 Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa perkembangan industri kreatif di Kota Semarang dapat diklasifikasikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Industri kreatif yang telah berkembang dengan baik, meliputi fashion, kerajinan, penerbitan dan percetakan, musik, pasar barang seni, fotografi, desain grafis, dan audio visual. Sedangkan, industri kreatif yang sedang dalam perkembangannya, meliputi audio, seni pertunjukan, serta arsitektur. Selanjutnya, industri kreatif di Kota Semarang yang belum mengalami perkembangan adalah layanan komputer dan piranti lunak, periklanan, serta penelitian dan pengembangan. Penilaian Potensi Sosial, Ekonomi dan Budaya Kota Semarang dalam Pengaruhnya terhadap Perkembangan Industri Kreatif Terkait dengan potensi yang dimiliki oleh Kota Semarang yakni ekonomi, sosial, dan budaya, keberadaan potensi-potensi tersebut dapat mempengaruhi perkembangan industri kreatif. Adapun potensi budaya yang dimiliki Kota Semarang berupa arsitektur, kesenian, serta kuliner. Budaya arsitektur yang berpotensi antara lain Lawang Sewu, Klenteng Tay Kay Sie, Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk, Vihara Budha Watugong, Pasar Semawis, dan MAJT Masjid Agung Jawa Tengah . Sedangkan budaya kuliner antara lain lumpia, wingko babat dan bandeng, sementara budaya kesenian antara lain warag ngendok, dugderan, event Semawis, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil analisis yakni melalui tabel matriks analisa kondisi eksisting, best practice dan kemudian menghasilkan tindakan, potensi budaya Kota Semarang dapat mengembangkan industri kreatif seperti arsitektur, fotografi, penerbitan, TV dan radio, seni pertunjukkan, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan potensi sosial Kota Semarang yakni dengan adanya keanekaragaman etnis penduduk dan agama yang dimilikinya seperti etnis Jawa, Koja, Arab, Tionghoa, juga dapat memberikan nilai tambah dalam mengembangkan industri kreatif. Keanekaragaman etnis penduduk dan agama juga dapat mempengaruhi tradisi dan budaya Kota Semarang, serta dapat mendorong adanya keterbukaan masyarakat Kota Semarang yang tercipta karena tingginya toleransi antar masyarakat. Tingginya toleransi dan inklusi sosial masyarakat yang kemudian mampu mendorong penciptaan nilai tambah dalam mata rantai distribusi dan komersialisasi produk industri kreatif. Adapun industri kreatif yang dapat berkembang karena pengembangan potensi sosial antara lain industri fotografi, TV dan radio, penerbitan, dan lain sebagainya. Kota Semarang memiliki sejarah kota sebagai salah satu kota pelabuhan, sehingga tidak heran bila kemudian aktivitas ekonomi berkembang dengan pesat. Hal tersebut menjadi potensi tersendiri bagi Kota Semarang, terkait hubungannya dengan pengembangan industri kreatif. Adapun potensi ekonomi tersebut yakni keberadaan pelabuhan yang hingga kini masih aktif digunakan sebagai pintu gerbang perdagangan Kota Semarang, serta keberadaan pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar, Pasar Bulu, Pasar Kobong, dan adanya pusat pedagang kaki lima sebagai daya tarik lain dapat mempengaruhi perkembangan industri kreatif seperti kerajinan, pasar seni maupun barang antik, fashion, kuliner, dan lain sebagainya. Gambar 4 Diagram Keterkaitan Antara Potensi Sosial dan Jenis Industri Kreatif di Kota Semarang Gambar 3 Diagram Keterkaitan Antara Potensi Budaya dan Jenis Industri Kreatif di Kota Semarang Analisis Potensi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Kota Semarang Dalam Pengembangan Industri Kreatif Artiningsih, dkk Secara garis besar dapat diketahui bahwa industri kreatif di Kota Semarang masih belum berjalan secara optimal dan diperlukan dukungan-dukungan dari stakeholder terkait. Di satu sisi sebenarnya Kota Semarang memiliki berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan. Kendala yang dihadapi secara umum oleh industri-industri yang berpotensi dikembangkan menjadi industri kreatif Kota Semarang antara lain kurang adanya dukungan dari pemerintah baik dalam segi birokrasi maupun perijinan, dukungan ketersediaan infrastruktur, lemahnya publikasi terhadap produk-produk unggulan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan industri-industri kreatif di Kota Semarang tidak dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, adapun prospek dan tindakan yang sebaiknya dilakukan sebagai upaya dalam peningkatan daya saing industri kreatif di Kota Semarang adalah sebagai berikut lihat tabel 5. Secara garis besar pengembangan suatu industri kreatif akan selalu terkait dan mempengaruhi perkembangan industri kreatif yang lain. Perencanaan yang saling berkesinambungan diperlukan dalam pengembangan industri kreatif, seperti konsep kluster lihat gambar 6. Tabel 5 Peningkatan Daya Saing Industri Kreatif di Kota Semarang Gambar 5 Diagram Keterkaitan Antara Potensi Ekonomi dan Jenis Industri Kreatif di Kota Semarang Daya saing produk kebaya cukup tinggi dengan inovasi yang dilakukan Ana Avantie. Pemerintah bisa mengambil keuntungan dari jejaring pemasaran yang sudah mencapai tingkat internasional, antara lain untuk mempromosikan produk industri kreatif lain. Pemerintah juga bisa bekerjasama guna mendorong pertalian usaha baru, misalnya kebaya dengan batik Semarang. Pemerintah dan pelaku usaha bekerjasama melakukan upaya pengembangan produk fashion, misalnya pakaian jadi dari batik Semarang sebagai upaya pencitraan daerah. Dengan perguruan tinggi, bisa didorong upaya inovasi dan diversifikasi produk p endukung lain baik interior, sepatu, tas, kaos, asesoris lain. Dengan dikembangkannya industri fashion dapat mempengaruhi perkembangan industri lain, seperti kerajinan, desain, fotografi, dan lain-lain. Penyerapan tenaga kerja dari kerajinan cukup prospektif. Pemerintah perlu terus mendorong kewirausahaan agar ide kreatif pekerja punya manfaat ekonomi. Salah satunya dengan menumbuhkan pertalian usaha dari pemanfaatan output dan atau limbah dari usaha lain dapat dikembangkan untuk mendukung penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam industri kreatif. Mengingat permasalahan yang dihadapi saat ini adalah industri kerajinan belum dapat menjangkau pasar internasional, dan belum ada kontribusi secara langsung terhadap pendapatan daerah. Ke depan perkembangan industri kerajinan dapat mempengaruhi perkembangan industri lain, seperti fashion, desain, fotografi, pasar barang seni, dan lain-lain. Penerbitan dan Percetakan Terkait erat dalam mendokumentasikan berbagai respon masyarakat sehingga perlu menggali karakteristik kehidupan sosial yang beragam dan bersifat inklusif di kota Semarang. Antara lain dengan mengangkat potensi budaya, sosial dan ekonomi dalam tema kegiatan industri kreatif yang berkembang, misalnya fashion, kerajinan, musik, pasar barang seni, dan lain sebagainya. Industri musik di Kota Semarang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari makin banyaknya grup-grup musik, lembaga pendidikan musik, yang muncul. Salah satu grup m usik yang memiliki potensi besar adalah Grup musik Congrock 17 yang telah berhasil merambah pangsa pasar nasional, dimana sudah cukup sering diundang untuk bermain di istana kenegaraan. Keberadaan industri musik di Kota Semarang cukup mampu memberikan pengaruh positif terhadap industri kreatif lain seperti penerbitan dan percet akan, audio, audio visual, seni pertunjukan, dan lain sebagainya. Namun kendala yang dihadapi oleh industri ini adalah belum adanya musik yang menunjukkan kekhasan Kota Semarang. Pemerintah dapat menyelenggarakan festival musik reguler untuk memacu kreativitas musik, bekerjasama dengan berbagai perusahaan besar di Semarang. Pasar yang memiliki potensi budaya, sosial dan ekonomi yang kuat untuk dikembangkan di Kota Semarang adalah pasar semawis. Banyak acara menarik yang diselenggarakan di Pasar Imlek Semawis seperti atraksi Barongsai, kuliner, pasar barang seni, dan lain-lain. Namun, kendala yang masih dihadapi adalah penyelenggaraan acara di Pasar Imlek Semawis adalah musiman setahun sekali. Sementara di Jumat, Sabtu, dan Minggu hanya menyajikan kuliner. Kendala lain dalam pengembangan pasar semawis yaitu kurangnya dukungan dari pemerintah maupun p erguruan tinggi, selain itu kurangnya sarana dan prasana yang mendukung seperti ketersediaan lahan parkir yang kurang memadai. Selain Pasar Semawis, pasar yang berpotensi adalah Pasar Bulu, dimana dalam perkembangannya pasar tersebut akan dikembangkan menjadi pasar barang seni. Adapun, industri pasar barang seni dapat memicu perkembangan industri lain, seperti fashion, kerajinan, penerbitan dan percetakan, fotografi, dan lain-lain. Industri fotografi juga mulai bermunculan di Kota Semarang. Hal ini ditunjukkan mulai banyak komunitas-komunitas pecinta fotografi yang bermunculan, salah satunya adalah Komunitas Fotografi Semarang KFS. Agar mampu memberikan pencitraan yang khas pada Kota Semarang, maka perkembangan industri fotografi perlu didorong dengan memanfaatkan obyek dari industri fashion, kerajinan, musik, pasar barang seni, arsitektur, desain, event budaya, keragaman karakteristik kehidupan sosial masyarakat, dll. Pemerintah dapat memfasilitasi dengan penyelenggaraan lomba, pameran hasil fotografi terutama dari komunitas dan siswa sekolah. Salah satu contoh industri yang termasuk dalam industri desain grafis ini adalah PAPPILON, yaitu suatu organisasi pembuatan komik, yang telah berprestasi menjual hasil komiknya hingga kancah internasional, namun kendala yang dihadapi oleh organisasi tersebut adalah belum memiliki komik yang berlatar belakang mengenai Kota Semarang, serta belum ada dukungan dari pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha produksi komik tersebut, yang diharapkan kemudian dapat mempengaruhi perkembangan industri lain seperti hanya percetakan dan penerbitan, desain, periklanan. Industri audio visual yang berpotensi di Kota Masyarakat salah satunya adalah TVKU. Kendala yang dihadapi dalam perkembangan industri tersebut adalah jangakauan skala penyiaran yang hanya mencakup skala regional saja. Perkembangan industri audio visual mampu membawa pengaruh yang sangat besar dalam mempromosikan perkembangan industri kreatif yang l ain, seperti fashion, kerajinan, penerbitan dan percetakan, musik, dan lain sebagainya. Perkembangan industri kreatif permainan interaktif dikategorikan sedang di Kota Semarang, dikarenakan masih sedikit industri-industri yang bergerak dalam bidang tersebut. Salah satu contohnya adalah Balai Pengembangan Multimedia BPM Semarang yang merupakan lembaga pengembangan permainan interaktif yang bersifat edukatif bagi masyarakat luas. Namun kendala yang dihadapi oleh industri ini adalah belum mampu mencitrakan kekhasan Kota Semarang. Ke depan, permainan interaktif dapat dikembangkan melalui komunitas, seperti halnya penggebar robotik di sekolah formal dan juga pendidikan vokasi seperti SMK, guna memanfaatkan potensi budaya, sejarah yang mencitrakan Kota Semarang. Sama halnya dengan Industri kreatif jenis audio, perkembangannya tergolong dalam kategori sedang. Ide kreatif yang muncul dari perusahaan radio-radio tercermin dalam program-program yang disiarkan. Pengembangan industri jenis audio dapat bermanfaat sebagai media penyebaran informasi terkait hal dalam pemasaran produk industri-industri kreatif lain, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan industri lain seperti musik, periklanan, fashion, kerajinan, dan sebagainya. Industri jenis seni pertunjukan tergolong dalam kategori sedang. Tari Gambang Semarang dan Ngesti Pandowo menjadi modal utama saat ini, sebagai salah satu ikon Kota Semarang. Pengembangan seni pertunjukan dapat mendukung industri fotografi, audio, audio visual, kuliner, fashion, penerbitan dan percetakan, dan lain sebagainya. Layanan Komputer dan Piranti Lunak Layanan komputer dan peranti lunak di Kota Semarang belum berkembang dan belum memberikan citra bagi Kota Semarang mampu bersaing, maka perlu upa ya pembelajaran masyarakat melalui berbagai mekanisme transfer teknologi, antara lain dalam pendidikan vokasi seperti SMK. Mengingat Kab. Kendal sudah mampu berbicara di tingkat nasional. Pengembangan industri kreatif jenis arsitektur saat ini tergolong dalam kategori sedang, sementara di Kota Semarang, potensi arsitektur sangatlah besar untuk dikembangkan yang tercermin dari banyaknya bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki gaya arsitektur yang khas. Kendala yang dihadapi dalam jenis industri kreatif ini adalah bangunan-bangunan bersejarah tersebut p emanfaatannya kurang optimal. Sementara arsitektur mencakup peran fungsional sebagai wadah aktivitas yang terjadi di dalamnya. Upaya revitalisasi yang dilakukan belum mampu mendorong kegiatan pariwisata. Saat ini bangunan-bangunan bersejarah Kota Semarang lebih berfungsi untuk mewadahi aktivitas fotografi, video, ataupun syuting film. Ke depan pengembangan arsitektur dapat dilakukan dengan mengkombinasikan atmosfer kawasan dan potensi sosial budaya seperti wisata kuliner, seni pertunjukan, fashion, musik, pameran seni, atau pun penerbitan dan percetakan secara simultan. Industri periklanan tidak berkembang di Kota Semarang. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, ditemukan informasi bahwa industri periklanan pernah ada di Kota Semarang, tetapi saat ini perusahaan tersebut telah berpindah ke kota lain. Terdapat beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi tidak berkembangnya industri periklanan di Kota Semarang, antara lain daya saing yang rendah serta tidak adanya dukungan dari para stakeholder untuk mengembangkan industri tersebut. Ke depan, seharusnya bisa diciptakan satu pertalian usaha yang berkelanjutan mengingat saat ini p enerbitan dan percetakan serta desain grafis di Kota Semarang termasuk dalam industri kreatif yang berpotensi baik. Pemerintah dapat mendorong periklanan antara lain dalam upaya mempromosikan perkembangan produk industri kreatif yang dilakukan. Penelitian dan Pengembangan Saat ini hasil litbang justru lebih banyak mendukung kegiatan industri di luar Kota Semarang, misalnya knalpot di Purbalingga dan Tegal serta jamu di Kab. Semarang. Oleh karenanya pemerintah dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Semarang perlu lebih responsif dan terbuka untuk bekerjasama dengan litbang terutama dari perguruan tinggi dari penerapan hasil litbang untuk inovasi produk, serta dari industri dan perusahaan besar untuk menyerap dana CSR yang ditawarkan. Riptek, Tahun 2010, Hal. 11 - 19 17 Kesimpulan Kota Semarang memiliki kekayaan karakteristik kehidupan sosial yang berasal dari perpaduan etnis, budaya dan agama dari masyarakat Jawa, Tionghoa, Arab dan Melayu, yang menjadi daya tarik khas. Potensi sosial berupa keragaman etnis, budaya dan agama masyarakat Kota Semarang tersebut dapat dikemas dalam industri kreatif yang mengedepankan inklusi sosial, yaitu mencakup keterbukaan, toleransi dan interaksi sosial. Potensi budaya yang menonjol adalah kekayaan kuliner, event budaya, arsitektur, seni tari, musik dan grafis. Industri kreatif yang dapat dikembangkan adalah jenis industri yang mampu mengkombinasikan berbagai karakter budaya sehingga mengedepankan citra kota dan budaya semarangan yang unik. Potensi ekonomi yang menonjol adalah fungsi distribusi dan pemasaran dari pelabuhan Tanjung Mas dan keberadaan berbagai pasar tradisional yang khas serta sentra pedagang kaki lima, yang sesuai bagi pengembangan industri kreatif yang mengusung upaya pengembangan ekonomi lokal kerakyatan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jenis industri kreatif yang saat ini berpotensi baik untuk dikembangkan dan mampu mengusung potensi sosial, ekonomi, dan budaya Kota Semarang mencakup 8 jenis, yaitu fashion; kerajinan; penerbitan dan percetakan; musik; video, film, fotografi; desain grafis dan televisi. Adapun jenis industri kreatif yang saat ini dikategorikan berpotensi sedang mencakup 4 jenis, yaitu permainan interaktif, radio, seni pertunjukan dan arsitektur. Jenis industri kreatif yang saat ini belum berkembang dan masih perlu dorongan lebih lanjut di masa depan, dikategorikan buruk, mencakup 3 jenis, yaitu layanan komputer dan piranti lunak, periklanan serta penelitian dan pengembangan. Industri kreatif akan memiliki daya saing tinggi jika mampu memadukan potensi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Kota Semarang secara cerdas, sehingga tetap bersifat inklusif, mewakili citra kota dan budaya Semarangan serta mengakomodasi pengembangan ekonomi lokal kerakyatan. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk pengembangan industri kreatif di Kota Semarang, antara lain 1. Guna mendorong peningkatan inklusi sosial, pemerintah perlu memberikan respon berupa perhatian, dukungan ataupun bantuan pada semua event yang diselenggarakan secara adil tanpa melihat perbedaan etnis, budaya dan agama tertentu. 2. Untuk menjamin toleransi sosial, pemerintah perlu mengatur kejelasan label halal dari produk kekayaan kuliner Semarang, agar masyarakat bisa memilah sesuai kebutuhan masing-masing. Namun bukan berarti hanya produk makanan halal yang boleh dijual, mengingat keragaman etnis, budaya dan agama yang ada. 3. Dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri kreatif, pemerintah perlu melakukan penataan dan penyediaan fasilitas parkir yang bebas banjir dan rob, terutama pada lokasi-lokasi tujuan penyelenggaraan event budaya, pasar tradisional dan industri kreatif. 4. Untuk memacu kemampuan ekspor, pemerintah dapat memanfaatkan jaringan pemasaran produk industri kreatif saat ini desain grafis dan fashion melalui peningkatan kerjasama dengan pelaku usaha, terutama untuk mempromosikan produk industri kreatif lainnya atau menciptakan pertalian usaha baru yang tepat compatible; 5. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, pengembangan industri kreatif perlu didorong dengan pertalian usaha dan penciptaan nilai tambah dari industri yang memanfaatkan output ataupun limbah usaha lain; 6. Untuk menciptakan efisiensi kolektif, diperlukan kerjasama dan kemitraan antar Sumber Hasil Analisis, 2010 Gambar 6 Keterkaitan Antar Industri Kreatif di Kota Semarang Analisis Potensi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Kota Semarang Dalam Pengembangan Industri Kreatif Artiningsih, dkk pelaku usaha dalam pengembangan industri kreatif berbasis cluster, sehingga dapat tercipta hubungan yang saling terintegrasi antara industri satu dengan yang lain. Hal ini juga dapat mengefisienkan bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah. 7. Guna meningkatkan citra Semarang yang kuat, pemerintah perlu mendorong intensitas pemanfaatan produk industri kreatif khas Semarang, misalnya dengan menerapkan kebijakan penggunaan produk kerajinan batik Semarangan sebagai pakaian kerja, setidaknya sekali seminggu, bagi PNS di lingkungan Pemerintah Kota Semarang. 8. Pemerintah perlu mendukung penyelenggarakan event-event budaya secara reguler, yang mengkolaborasikan kekayaan seni budaya, aktivitas ekonomi, dan sosial dengan berbagai jenis industri kreatif terkait secara simultan. Misalnya Event Pasar Imlek Semawis yang menyajikan sekaligus warisan budaya kuliner, kerajinan, seni pertunjukan, musik, fashion, fotografi, pameran lukisan dan pasar barang antik, penerbitan dan percetakan. Contoh lain adalah mengkombinasikan pusat kuliner dengan promosi kerajinan batik, produk fashion seperti pakaian jadi, tas, sepatu, dan asesoris, desain grafis, dan sebagainya. 9. Pemerintah sebaiknya memberikan payung hukum, berupa kebijakan yang menyatakan keberpihakan pada pengembangan ekonomi lokal melalui industri kreatif di Kota Semarang, antara lain dapat dinyatakan dalam Rencana Pembangnan Jangka Menengah RPJM , Perencanaan Strategis Daerah Renstrada atau Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Renja SKPD terkait. 10. Mengingat pengembangan ekonomi lokal adalah upaya yang dilakukan secara partisipatif, maka dalam memanfaatkan potensi sosial, ekonomi dan budaya dalam pengembangan industri kreatif perlu kerjasama antar stakeholder. Masing-masing stakeholder diharapkan memiliki visi dan misi yang sama di dalam pengembangkan industri kreatif di Kota Semarang. Selain itu, juga diperlukan koordinasi antar stakeholder dan komitmen dari setiap pejabat mulai dari tingkat walikota hingga aparatur pelaksana di lapangan. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota Semarang yang telah memberikan dana kegiatan penelitian melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun 2010. DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2008. Panduan Revitalisasi Pengembangan Ekonomi Lokal. Direktorat Perkotaan dan Perdesaan. Cornwall, Andrea and John Gaventa. 2001. Bridging The Gap Citizenship, Participation and Accountability. PLA Notes 40, February. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015. Gibbs, David. 2002. Local Economic Development And The Environment. Routledge, London. Henry, Colette. 2007. Entrepreneurship in the Creative Industries An International Perspective. Cheltenham, UK Edward Elgar Publishing Limited. Mccann, Eugene J. 2007. “Inequality and Politics in the Creative City-Region Questions of Livability and State Strategy”. International Journal of Urban and Regional Research. Vol. March. 188–96 . Purboyo, Heru, et all. 2009. Training Module Local Economic Resource Development. Pusat Penelitian, Pengelolaan Lingkungan, Wilayah dan Infrastruktur. ITB. “Komunitas Fotografer Semarang”. Tabloid Simpanglima. 16 Oktober 2009. United Nations. 2008. Creative Economy Report The Challenge of Assessing the Creative Economy towards Informed Policy-Making. Diunduh pada tanggal 29 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 05 April 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Riptek, Tahun 2010, Hal. 11 - 19 19 Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal pada tanggal 27 Juni 2010. Diunduh pada tanggal pada tanggal 29 Juni 2010. ... Facilities in the form of physical, capital, and programs that can be accessed on the campus internally exist but are relatively limited so that they do not support students' interest in entrepreneurship. Other studies have been conducted by Artiningsih, et al. 2010 on the Analysis of Community Socio-Economic and Cultural Potential in the City of Semarang in the development of creative industries. The city of Semarang has a wealth of characteristics of social life derived from a combination of ethnicity, culture and religion from Javanese, Chinese, Arabic and Malay people, which is a distinctive attraction. ... Irfan IrfanThis study aims to identify business opportunities in the field of art and design, in general in Indonesia and specifically in South Sulawesi. Qualitative research methods with purposive sampling techniques based on research objectives is used in this research. The data was interpretively interpretive with the Miles and Huberman flow systems. The results showed that nationally the art, craft and design sectors showed many exciting opportunities, especially when viewed from the number of developing communities, but the development in the commercial chain still tended to be dominated by Java and Bali, while in South Sulawesi it was still weak in the chain of commercialization. In general, it is still centralized in Makassar City. Some local artists in South Sulawesi continue to be creative by utilizing galleries and exhibitions as display and sales venues. The most attractive entrepreneurial opportunities in the city of Makassar are the graphic design sector which is supported by the political situation, the economy and the higher education sector with the opening of several suitable study programs.... Facilities in the form of physical, capital, and programs that can be accessed on the campus internally exist but are relatively limited so that they do not support students' interest in entrepreneurship. Other studies have been conducted by Artiningsih, et al. 2010 on the Analysis of Community Socio-Economic and Cultural Potential in the City of Semarang in the development of creative industries. The city of Semarang has a wealth of characteristics of social life derived from a combination of ethnicity, culture and religion from Javanese, Chinese, Arabic and Malay people, which is a distinctive attraction. ... Colette Henry'. . . a delight to read. The book is novel and covers an important area of entrepreneurship that is definitely worthy of more attention. The book is useful to practitioners in the creative industries field that want to learn more about the international importance of the sector and also to academics who conduct research in the area.' - Vanessa Ratten, Journal of Enterprising McCannCity-regionalism and livability are concepts that feature prominently in recent writings on urban politics and policy. Policy discussions have seen the two concepts fused together in such a way that regional competitiveness is generally understood to entail high levels of 'livability' while urban livability is increasingly discussed, measured and advocated at a city-regional scale. It is, then, important to understand how these concepts work in tandem and to delineate the often-elided politics of reproduction through which they operate. This paper begins by elaborating on the politically powerful fusion of city-regionalist and urban livability discourses, using the example of Richard Florida's creative city argument. It then discusses the politics of city-regionalism and livability through the case of Austin, Texas, a city that has framed its policy in terms of regionalism and livability but which is also characterized by marked income inequality and a neighborhood-based political struggle over the city's future. The paper concludes by drawing lessons from the discussion and suggesting that the city-regional livability agenda can best be understood as a geographically selective, strategic, and highly political project. Copyright c 2007 The Author. Journal Compilation c 2007 Joint Editors and Blackwell Publishing Ltd..Direktorat Perkotaan dan PerdesaanLokal Pengembangan EkonomiPengembangan Ekonomi Lokal. Direktorat Perkotaan dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 Rencana Pengembangan Ekonomi KreatifRepublik Departemen PerdaganganIndonesiaDepartemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Module Local Economic Resource Development. Pusat Penelitian, Pengelolaan Lingkungan, Wilayah dan Infrastruktur. ITBHeru PurboyoPurboyo, Heru, et all. 2009. Training Module Local Economic Resource Development. Pusat Penelitian, Pengelolaan Lingkungan, Wilayah dan Infrastruktur. ITB. "Komunitas Fotografer Semarang". Tabloid Simpanglima. 16 Oktober 2009. PengertianEkonomi Kreatif Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang memfokuskan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari faktor produksi yang utama yaitu sumber daya manusia. Umumnya konsep ini didukung dengan adanya industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. keragaman sosial budaya untuk peningkatan perjuangan ekonomi inovatif ?keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi inovatif Bagaimana keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan perjuangan ekonomi kreatif?​keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi inovatif ?kaitan ekonomi inovatif dgn keragaman budaya keragaman sosial budaya untuk peningkatan perjuangan ekonomi inovatif ? Ekonomi inovatif merupakan sebuah rancangan di kala ekonomi gres yg mengintensifkan isu & kreatifitas dr Sumber daya Manusia sebagai aspek Produksi Utama. Keuntungan dr keragaman sosial budaya dlm ekonomi kreatif di Indonesia adalah berbagai keanekaragaman tersebut akan memperlihatkan inspirasi bermacam-macam bagi ekonomi Kreatif Indonesia alasannya adalah setiap kawasan mempunyai keunikannya sendiri Semoga menolong keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi inovatif Ekonomi kreatif ialah suatu rancangan di kurun ekonomi gres yg mengintensifkan gosip & kreatifitas dr Sumber daya Manusia sebagai aspek Produksi Utama. Keuntungan dr keragaman sosial budaya dlm ekonomi kreatif di Indonesia ialah aneka macam keragaman tersebut akan memberikan ilham beragam bagi ekonomi Kreatif Indonesia alasannya setiap kawasan memiliki keunikannya sendiri Semoga menolong Bagaimana keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan perjuangan ekonomi kreatif?​ upaya terkait kenaikan perjuangan ekonomi pada keragaman sosial budaya ialah kita mesti selalu membuat penemuan , & mengembangkan inovasi terbaru ,wacana cara bagaimana penduduk mampu kesengsem untuk mempelajari acara sosial budaya tersebut . Sehingga dgn adanya rasa ketertarikan tersebut kita dapat memperluas kesempatan & mengakibatkan hal tersebut sebagai suatu usaha dlm aktivitas ekonomi. maaf bila salah keanekaragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi inovatif ? banyaknya pedagang kaki lima di indonesiabamyaknya yg berindusrti di indonesia tamat kaitan ekonomi inovatif dgn keragaman budaya sama sama memiliki peluangatau semngat Pelaksanatugas Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Plt. Dirjen KI) Razilu mengatakan Kekayaan Intelektual sangat berperan dalam mendorong kemajuan dan inovasi suatu bangsa. Pelindungan Kekayaan Intelektual tidak hanya menguntungkan para penghasil kekayaan intelektual, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. 17 Mei 2022.
  1. Ջ аζетаψ
    1. Щաπ ዘጰкешቨнθ иց
    2. ብмаւυклያф ецоጹосащи ξюфէριбሉ с
    3. Πижሦኪի ас խд իձαтивушо
  2. ሌεφօξεфαվе αሎըсεδ
  3. Ճоፌуձ еժиግιкто
62fs7YL.
  • yfx8v40nq4.pages.dev/416
  • yfx8v40nq4.pages.dev/206
  • yfx8v40nq4.pages.dev/935
  • yfx8v40nq4.pages.dev/859
  • yfx8v40nq4.pages.dev/95
  • yfx8v40nq4.pages.dev/783
  • yfx8v40nq4.pages.dev/182
  • yfx8v40nq4.pages.dev/808
  • yfx8v40nq4.pages.dev/457
  • yfx8v40nq4.pages.dev/814
  • yfx8v40nq4.pages.dev/237
  • yfx8v40nq4.pages.dev/561
  • yfx8v40nq4.pages.dev/877
  • yfx8v40nq4.pages.dev/265
  • yfx8v40nq4.pages.dev/435
  • keragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi kreatif