Kitatahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan membuat kita masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan bersyukur kepada Allah. 2. Menambah Ketaatan. Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani perintah Allah dan menjauhi laranganya sehingga hati kAllah. 3. Menentramkan Hati

Saat keluar dari gedung-gedung perkantoran atau hotel yang punya pintu otomatis, kita yakin bahwa pintu otomatis akan terbuka saat kita akan keluar sehingga kita yakin tidak akan terjebak di dalam gedung/hotel. Untuk masalah pintu buatan manusia saja kita bisa yakin, maka seharusnya kita lebih yakin kepada Allah pencipta sudahkah kita yakin dengan firman Allah, "fainna ma'aal 'usri yusro. Inna ma'al 'usri yusro"? Diulang dua kali, bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Bahkan ada ahli tafsir menyatakan satu kesulitan, akan ada dua kemudahan. Namun, mengapa kita sering tidak yakin bahwa selalu ada jalan keluar otomatis dari Allah atas setiap masalah kita?Banyak dari kita, saya juga kadang termasuk, sering merasa kekurangan rezeki, padahal di Al Quran diulang-ulang ayat bahwa Allah menjamin rezeki semua mahkluknya, dari yang terbesar sampai terkecil. Percaya kepada Al Quran merupakan rukun iman. Dengan demikian sudah tidak pantas kita meragukan janji Allah tentang rezeki di Al Quran tersebut. Namun demikian, terkadang kita tidak tahu, hikmah di balik setiap peristiwa. Dasar manusia sukanya mengeluh, persis seperti diceritakan Al Quran. Diberi sakit, mengeluh, kehilangan uang mengeluh, bisnis rugi mengeluh, diberi kesusahan sedikit saja mengeluh, seolah lupa bahwa Allah Maha Teliti, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemberi, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Jadi tidak mungkin peristiwa dan apapun yang diciptakan Allah tidak ada gunanya. Sekiranya manusia bersyukur, maka tentu Allah menambah nikmat-Nya. Demikian pula, sebaik-baik doa, artinya termasuk saat kesusahan, adalah Alhamdulillah. Kalaulah dibukakan sedikit saja pintu hikmah, kita akan melihat setiap peristiwa yang terjadi pada kita, adalah baik bagi kita. Seorang siswa yang gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri PTN, perlu baik sangka dan bersyukur pada Allah, karena bisa jadi, dengan gagal kuliah di PTN, menjadi gagal menjadi pejabat yang kelak kemudian hari ternyata korupsi, dan ditangkap KPK. Sehingga gagalnya masuk ke PTN menjadikan ia orang baik-baik hingga akhir hayat, tanpa perlu ditangkap KPK. Bahkan seorang yang ditangkap KPK pun perlu bersyukur, karena Allah mengingatkan kelakuannya di dunia, sehingga masih ada kesempatan bertaubat. Banyak cerita wali Allah semula adalah orang-orang tidak baik, yang kemudian bertaubat. Bahkan Nabi Yusuf yang dimusuhi dan dimasukkan ke sumur pun ternyata ada hikmahnya sehingga ia menjadi pejabat dan diangkat menjadi nabi. Jadi mari belajar bahwa setiap peristiwa ada hikmahnya. Setiap masalah ada belajar dari kisah Nabi Musa. Saat ditantang oleh sekumpulan ahli sihir pilihan Firaun, Nabi Musa tidak punya strategi apapun untuk menghadapi mereka. Nabi Musa hanya yakin bahwa Allah akan menolongnya. Ketika ditanya oleh para ahli sihir, siapa yg beraksi duluan, Nabi Musa mempersilakan ahli sihir beraksi duluan. Ahli sihir membuat ular dari sihirnya. Setelah ahli sihir beraksi, Nabi Musa masih belum tahu cara menghadapi ahli sihir tersebut. Barulah turun perintah Allah agar Nabi Musa melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular besar yang memakan ular-ular dari ahli sihir sehingga para ahli sihir menyerah dan beriman kepada Tuhannya Nabi kisah lain, ketika Nabi Musa dan rombongannya dikejar oleh Firaun dan tentaranya sehingga terjebak di pinggir lautan, secara akal manusia, Nabi Musa dan rombongannya akan tertangkap Firaun. Rombongan Nabi Musa sudah ketakutan akan terbunuh oleh Firaun dan tentaranya. Namun, lagi-lagi Nabi Musa yakin Allah akan menolongnya. Barulah turun perintah untuk memukulkan tongkat Nabi Musa sehingga lautan berubah menjadi daratan, dan selamatlah Nabi Musa dan salah tangkap, bukan tongkat Nabi Musa yang ajaib. Itu hanya tongkat biasa, namun karena Allah yang menurunkan perintah, maka apapun bisa terjadi. Kalau Allah mau, selalu saja ada jalan atas setiap masalah. Kun fayakun. Pertanyaannya, sudahkah kita mendekat pada Allah? Sudah yakin pada Allah?Nasehat untuk semua, terutama untuk diri Jumat, semoga Allah memberkahi kita!

AlBurhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an Vol. 15 No. 1 (2015): Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an satu bukti bahwa Al-Quran memberikan petunjuk ialah bagaimana cara berperilaku dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada kedua orang tua, terutama sekali, disaat keduanya atau salah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bismillah,Suatu saat kita berada di Mall di mana semuanya otomatis mulai dari pintu, eskalator, lift dll. Kita di sana mengalami ujian yakin kita. Kenapa? Karena kita lebih yakin kepada lift, eskalator, pintu otomatis, mereka akan terbuka atau bergerak serta menutup secara otomatis. Pada hal itu semua adalah buatan manusia. Mari kita tes yakin kita terhadap buatan Allah. Semua kita adalah buatan Allah. Tentu saja lebih otomatis dari buatan manusia sebagaimana lift, pintu otomatis, eskalator. Ketika manusia menjalani fase-fase kehidupannya maka semua akan ada sistem yang lebih otomatis dibanding lift, eskalator dan atau pintu otomatis. Pasti ada jalan keluar otomatis terhadap semua permasalahan yang dihadapinya. Belajar dari para Nabi Ketika nabi Yusuf dimasukkan oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur maka secara otomatis ada jalan keluar dari Allah. Allah menggerakkan kafilah yang lewat untuk membawanya ke Mesir lalu menjualnya. Yang membelinya adalah pembesar nabi Musa kecil dihanyutkan di sungai Nil keluarga Firaun sedang mandi lalu istri Firaun sangat senang dengan Musa kecil lalu diadopsi dan tidak dibunuh sebagaimana anak laki-laki lain di seluruh negeri nabi Musa dikelilingi para tukang sihir yang hebat-hebat, nabi Musa belum tahu apa yang akan dia lakukan. Allah memerintahkan Musa melemparkan tongkatnya. Tongkat Musa itu adalah tongkat biasa. Tak ada kesaktiannya. Tetapi Allah memberi mukjizat kepada nabi Musa sehingga tongkatnya berubah jadi ular raksasa dan memakan semua ular-ulang dan binatang berbisa lain yang akan. Nabi Musa hanya berbekal yakin kepada Allah. Masih tentang yakin dan tawakal nabi Musa dan pengikutnya. Mereka berlari ke pantai laut merah dan dalam kondisi terdesak. Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkat ke laut. Laut merah terbelah dua. Dengan leluasa nabi Musa dan pengikutnya menyeberangi laut dalam keadaan kering. Dalam pada itu Firaun dan bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan pengikutnya dan tak jauh mengikuti nabi Musa dan pebgikutnya. Secara otomatis Allah menenggelamkan Firaun dan tentaranya. Dibalik kesusahanAllah berfirman dalam alquran surat al-insiriyah bahwa sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, dan sesungguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan. Karena itu ini nasehat kepada yang hari ini ada kegagalan berupa tidak lulus masuk PTN, atau masuk penjara, atau terkena tangkap oleh KPK mesti berbaik sangka. Apapun keadaan kita mesti berbaik sangka kepada Allah. Kita diminta untuk sabar, berbaik sangka dan bertakal hanya kepada Allah. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Ilmudan Takdir Allah - Radio Rodja 756 AM. MENGINGKARI TAKDIR ALLAH ADALAH KEKAFIRAN - Taawundakwah Termasuk daripada Iman kepada Allah adalah Bersabar atas Takdir Allah SWT. endah puspita on Twitter: "Belajar n berusaha menerima takdir. Yakin bahwa takdir Allah adalah yg terbaik. "Kisah Yang Membuktikan Takdir Allah Adalah Yang
Saat ujian itulah terlihat seberapa jauh keyakinan kita kepada Allah. Orang yang kurang yakin, akan gagal dan ia pun berburuk sangka kepada Allah. Sedangkan orang yang yakin, ia dapat menghadapi ujian dengan kuat walaupun tidak mendapat jalan keluar dan pertolongan. karena ia yakin… bahwa ketentuan Allah itulah yang terbaik.. Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى. Menebar Cahaya Sunnah
Syariat (Islam) adalah ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (Wahyu Tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Tarekat berasal dari kata 'Thariqah' yang artinya 'jalan'. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang Hakekat Ilmu Yakin dalam Islam Pada kesempatan kali ini, saya akan bahas mengenai bab YAKIN. Seberapa yakinkah kita dengan agama yang kita anut. Apakah kita beragama cuma ikut-ikutan /taklid saja kepada keluarga atau ulama? Dan ibadah yang selama ini kita kerjakan apakah itu sekedar memenuhi kewajiban gugur kewajiban ataukah dilandasi ketulusan dan kecintaan kepada Allah? Nah, pada umumnya seseorang yang beragama didasarkan atas salah satu dari 3 keyakinan berikut ini 1. Ilmul Yaqin 2. Ainul Yaqin 3. Haqqul Yaqin Isbatul Yaqin 1. Ilmul Yaqin Ini adalah tingkatan terendah dari suatu keyakinan beragama. Misal seseorang mendapat pengetahuan dari si A yang mengatakan bahwa di Jawa Tengah terdapat candi borobudur, padahal si A tidak pernah ke Jawa Tengah. Jadi pengetahuan yang didapat dari si A hanyalah pada tataran teori belaka. Seseorang yang beragama pada tingkat ini hanyalah yakin karena “kata orang”. Maka ia pun akhirnya menerima saja apa yang dikatakan oleh orang-orang tanpa melakukan penyelidikan atau mendalami secara sungguh-sungguh agamanya sendiri. Jika agamanya sendiri tidak pernah dikaji lalu bagaimana mau mempelajari agama orang lain? Yang terjadi kemudian adalah sikap memusuhi agama diluar dirinya. Merasa diri paling benar bahkan mengkafirkan yang lain. Menyalah-nyalahkan ajaran agama orang lain seakan-akan dirinya adalah orang yang paling benar. Simak dan renungkan ayat berikut Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olokan lebih baik dari mereka yang mengolok-olokan… Al Hujaraat 49 11 Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mau mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan bangkai daging saudaranya sendiri ? Al Hujaraat 49 12 Orang pada tataran ilmu yaqin ini biasanya mudah diprovokasi dan dihasut contohnya ya teroris seperti Noordin M Top, dan para pelaku bom bunuh diri yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Teroris seperti mereka selalu memahami jihad dengan berperang. Kalo tidak berperang serasa kurang afdhol. Lebih suka mati medan berperang ketimbang mati di meja belajar. Padahal ketika meledakkan diri, mereka tidak sedang diserang malah justru menyerang orang yang tidak bersalah. Orang yang seperti inilah yang menghancurkan nama baik Islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian,tindak seperti itu melakukan kerusakan di muka bumi. Nah, bagi mereka yang masih pada tahap ilmul yaqin, sholat lima waktu yang dikerjakan masih sulit untuk khusyu’ karena hanya gerak fisik belaka sholat raga. Ibarat orang yang sedang menghormat dan berbicara kepada raja tapi rajanya tidak ada di depannya. Ini yang disebut menyembah adam sarpin kekosongan. Ibarat menyumpit burung tapi burungnya tidak ada, yang disumpit adalah kekosongan. Sholat seperti ini sia-sia karena tidak mampu menghadirkan zikir didalamnya. Padahal sholat itu haruslah dapat menghadirkan zikir sebagaimana yang diperintahkan Allah “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk berzikir kepadaKu”. Thaahaa 20 14 Mengapa sholatnya seseorang harus mampu menghadirkan zikir? Sebab dengan zikir akan hadir ketenangan, kedamaian dalam batin dan pikiran kita. Kalau batin dan pikiran sudah tenang maka hawa nafsu bisa dikendalikan. Dirinya akan mampu melihat mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sholat yang mampu menghadirikan zikir inilah yang akan mampu mencegah manusia dari berbuat keji dan mungkar “Dan sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. Al Ankabuut 29 45 Bagi mereka yang tidak mampu menghadirkan zikir ketika sholatnya maka sholatnya tidak akan mampu mencegah diri mereka dari berbuat keji dan mungkar. Sholatnya tidak salah! Tapi orang yang mengerjakannya yang lalai. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya” Al Maa’un 107 4-5 Tidaklah heran jika kita sering melihat orang rajin sholat, punya pengetahuan agama yang luas tapi malah jadi tersangka kasus korupsi. Kerjanya sih di Departemen Agama tapi malah tempat kerjanya dijadikan lahan korupsi. Inilah tandanya orang yang melalaikan sholat. Rajin ibadah ritual tapi masih suka KKN, dengki, suka bergunjing, memfitnah, dan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Inilah ibadah yang sia-sia karena cuma berolahraga saja dan tidak menghujam ke dalam batin. 2. Ainul Yaqin Tahapan ini lebih tinggi dari yang ainul yaqin. Misal seseorang diberitahu oleh si A bahwa di Jawa Tengah terdapat candi borobudur. Dan ternyata si A pernah ke Jawa Tengah melihat candi borobudur. Jadi pada tahapan ini seseorang mendapat pengajaran dari si A yang pernah mengalami atau praktek. Si A bukan hanya tahu secara teori tapi ia telah membuktikannya dengan pergi ke Jawa Tengah. Dalam kaitannya dengan agama, orang yang berada pada tingkatan ini adalah orang yang sedang “mencari Tuhan”. Pencariannya meliputi penelitian melalui buku-buku, bertanya kepada orang-orang mengenai masalah Ketuhanan/spiritual dan orang yang ditanya pun tidak hanya pandai berteori namun sudah mempraktekannya juga. Sholatnya orang yang telah mencapai tahap ini tentu akan lebih baik lagi karena akan mampu menghadirkan zikir dalam sholatnya sehingga dapat mencegahnya dari berbuat keji dan mungkar. Namun demikian bagi kita yang telah mencapai tahap ainul yaqin jangan puas dulu. Perjalanan belum selesai cak! kita harus terus meningkatkan keyakinan kita sampai kita tahapan yang nyata dan terbukti. Kita harus pergi ke Jawa Tengah untuk menyaksikan candi borobudur tersebut agar haqqul yaqin. Mereka yang telah mencapai tahap ainul yaqin seringkali terjebak berpuas diri dengan keyakinan atau pengetahuan yang dimilikinya. Mereka merasa cukup puas mengerjakan rukun iman dan rukun Islam tanpa berusaha mencapai makrifat kepada Allah. Sebagian dari mereka sering berceramah tentang keutamaan mendapat lailatul qadr tapi mereka sendiri tidak pernah mendapat atau mengalami pengalaman lailatul qadr. Sering juga berceramah Isra Mikraj tapi tidak pernah mengalami Isra Mikraj. Kita ternyata cuma bisa kebanyakan berceramah teori tanpa bisa membuktikan ceramahnya. Padahal di Al Quran kita telah di ingatkan agar jangan cepat berpuas diri Katakanlah “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang amat rugi perbuatannya?” Yaitu orang yang sia-sia perbuatannya ketika hidup di dunia sedang mereka mengira bahwa mereka melakukan perbuatan yang baik” Al Kahfi 18 103-104 3. Haqqul Yaqin Isbatul Yaqin Inilah tahapan keyakinan yang tertinggi. Dalam hal ini kita bukan hanya mendengar cerita saja bahwa di Jawa Tengah ada candi borobudur, namun kita mengalaminya sendiri dengan pergi ke Jawa Tengah. Kalau sudah ke Jawa Tengah dan melihat sendiri candi tersebut tentu keyakinannya sangat kuat sekali. Inilah kebenaran yang haq nyata dan terbukti isbat. Dalam kaitannya dengan keyakinan beragama, orang yang telah mendapat haqqul yaqin adalah orang yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Orang yang telah bermakrifat berarti ia mengenal Af’al-Nya, Asma-Nya,Sifat-Nya dan Dzat-Nya. Ia akan mendapat ilmu langsung dari sisi-Nyaladunni. Perihal ilmu laduni ini telah disampaikan juga melalui Al Quran “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”. Al Kahfi 18 65 “Dan bertakwalah kepada Allah niscaya Dia akan mengajarimu”. Al Baqarah 2 282 Manusia yang telah mendapat ilmu laduni berarti telah mendapatkan kebenaran yang Haq. Tidak ada keraguan sama sekali. Mereka pun telah mencapai Mikraj, bertemu dengan Allah. Bagi mereka, Isra Mikraj adalah peristiwa spiritual yang langsung dialaminya sendiri bukan teori belaka. Lho… bukankah Isra Mikraj itu hanya untuk Nabi Muhammad saja? Nah doktrin seperti inilah yang telah banyak memasung pemikiran umat Islam. Pendapat ulama dijadikan taklid, harga mati yang tidak bisa dirubah. Padahal pendapat ulama itu hanya untuk dijadikan referensi saja. Ibarat makanan, jangan ditelan mentah-mentah. Kunyahlah dulu. Untuk itu, carilah guru atau ulama sebanyak-banyaknya. Jangan hanya cari ulama yang levelnya “SD” tapi cari juga ulama yang levelnya “SMP” , “SMA”, “S1” dan. seterusnya. Jangan hanya belajar dari ulama yang sering muncul di televisi saja tapi belajarlah juga ulama lain yang lebih tinggi ilmunya. Ulama ini tidak muncul kepermukaan karena tidak mau menjadi selebritis. Mereka harus dicari!. Kalau kita hanya belajar dari ulama level SD ya pengetahuan kita tidak akan pernah berkembang. Bagai katak dalam tempurung. Merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki dan yang ditingkatkan pun hanya ibadah ritual saja. Padahal ilmu Allah itu teramat sangat luas dan ini justru menjadi tantangan umat Islam abad modern untuk terus mengkaji Al Quran sesuai perkembangan jaman. Kalau kita taklid kepada pendapat seorang ulama, memangnya ketika kita mati, ulama tersebut mau bertanggung jawab kepada kita? Nah karena tiap manusia itu sendirian ketika meninggal maka manusia itu sendiri yang harus menentukan jalan hidupnya. Segala pendapat atau tafsiran hendaknya hanya dijadikan referensi saja. Termasuk postingan yang anda baca inipun hanya bersifat referensi untuk mendekati. kebenaran. Kitalah nantinya yang akan menemukan kebenaran itu sendiri setelah diberi petunjuk Tuhan – tentu kita juga harus meminta petunjuk-Nya terlebih dahulu. Saya tidak mengatakan pendapat saya di postingan ini adalah yang paling benar. Sekali lagi tidak! Karena kebenaran hanyalah milik Allah semata. Dan saya tidak mau ikut-ikutan sebagian orang Islam yang mengatas namakan kebenaran dari Tuhan lalu dengan seenaknya mengatakan orang lain sesat, kafir bahkan melakukan tindak kekerasaan kepada orang lain yang tidak sependapat/sealiran dengan mereka. Sesat adalah menyimpang dari kebenaran dan yang empunya kebenaran adalah Allah. Jadi Allah-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menentukan sesat atau tidaknya seseorang. Simak ayat berikut ini “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa”. An Najm 53 32 “Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk” Al An’aam 6 117 Rasulullah saw telah bersabda”Wahai manusia… Bertaubatlah kalian kepada ALLAH Azza Wa Jalla, sebelum mati dan cepat-cepatlah melakukan perbuatan-perbuatan baik sebelum sibuk; Perbaikilah hubunganmu dengan TUHAN-mu, niscaya kalian bahagia; Banyak-banyaklah bersedekah, nescaya kalian mendapatkan rezeki; Perintahlah berbuat baik, nescaya kalian terjaga; dan Cegahlah perbuatan mungkar, nescaya kalian menang.””Wahai manusia… Sesungguhnya orang yang paling cerdik di antara kalian adalah orang yang paling banyak mengingat mati; dan Orang yang paling kuat di antara kalian adalah orang yang paling baik mempersiapkan diri untuk mati; Ingatlah! Di antara tanda-tanda orang berakal adalah dapat menghindar dari tipudaya dan kembali ke jalan yang kekal, mempersiapkan bekal untuk di kubur dan bersiap-siap menghadapi hari Kiamat” ♪♫♪♫♪♫ Silahkan di Share / Bagikan Semoga bisa bermanfaat buat yang lain juga ☆☆☆☆☆ Salam Jaya… Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Raya From Martapura OKU Timur Sumatera Selatan ☆☆☆☆☆ Barangkalimereka mempunyai lebih banyak masa terluang. Meskipun capaian informasi hanya di hujung jari sahaja, namun, ketahuilah bahawa menghadiri majlis ilmu ialah tempat yang paling mulia di sisi Islam. Sesiapa yang menghadirinya, ALLAH SWT menjanjikan banyak ganjaran kepada kita. Sesungguhnya jika seseorang manusia tahu apakah imbalan yang Yakin Dan Tawakkal Beriman dan Berpasrah diri kepada Allah – Pembaca yang kami banggakan, bersama Dutadakwah mari kita tingktakan Yakin dan Tawakkal. Yakin Merupakan suatu kewajiban bagi kita. Demikian juga Tawakkal adalah keharusan. Kita sebagai orang berimna mesti “Aamannaa billah wa Twakkalna alallah”. Kita beriman kepada Allah juga kita mesti bertawakkal kepadan-Nya. Lalu bagaimana tuntunan Al-qur’an mengenai yakin dan tawakkal?, mari kita ikuti saja beberapa dalilnya di bawah ini. Mukadimah السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ الْحَمْدُ لِلّٰهِ اٰمَنَّا بِاللهِ وَ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ، وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، صَلَاةُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَءَالِهِ وَصَحْبِهَ اَجْمَعِيْنَ، أمَّا بَعْدُ Saudarku semua yang kami bbanggakan, Para pembaca yang mudah-mudahan dirahmati Allah, In Syaa Allah Membaca materi ini akan dinilai ibadah oleh-Nya, Aamiin. Dalam hal yakin dan tawaaka adal merupakan keharusan bagi hamba-hmba Allah. Untuk itu mari kit abaca uraina singkatnya berikut ini. Dalil Qur’an Keimanan dan Kepasrahan Allah Ta’ala berfirman وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَاناً وَتَسْلِيماً Artinya “Setelah orang-orang yang beriman itu melihat pasukan serikat – musuh – mereka berkata “Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah dan RasulNya itu berkata benar. Hal yang sedemikian itu tidaklah menambahkan kepada orang-orang yang beriman tadi melainkan keimanan dan penyerahan bulat-bulat”. QS. al-Ahzab 22 Dalil Qur’an Cukuplah Allah Sebagai Pelidung dan Tempat Bertawakkal Allah Ta’ala berfirman الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ال عمران ١٧٣ Artinya “Para manusia berkata kepada orang-orang yang beriman itu “Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk melawan engkau semua, oleh kerana itu takutlah kepada mereka.” Tetapi hal itu makin menambah keimanan mereka. Mereka menjawab Allah cukup menjadi pelindung kita dan sebaik-baiknya yang dijadikan tempat bertawakkal. QS. Ali Imran 173 فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ال عمران ١٧٤ Artinya Kemudian mereka kembali dengan mendapatkan kenikmatan dan keutamaan dari Allah, mereka tidak terkena sesuatu halangan pun dan mereka mengikuti keredhaan Allah dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung”. QS. ali-lmran 174 Dalil Qur’an Bertawakkal Allah Ta’ala berfirman وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً، سورة الفرقان ٥٨ Artinya “ Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”. QS. al-Furqan 58 Firman Allah dalam surat Ibrahim وَعلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ، سورة إبراهيم ١١ Artinya “Dan kepada Allah, hendaklah orang-orang yang beriman itu sama bertawakkal,” QS. Ibrahim 11 Firman Allah dalam surat Ali Imaran فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ سورة ال عمران ١٥٩ Artinya “Jikalau engkau telah bulat tekad – untuk melaksanakan sesuatu – maka bertawakkallah kepada Allah”. QS. ali-lmran 159 Ayat-ayat mengenai hal bertawakkal itu banyak dan dapat dimaklumi. Firman Allah dalam surat Ath-Talaaq وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً، سورة الطلاق ٣ Artinya “Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia pasti mencukupi untuknya.” QS. Ath-Thalaaq 3 Firman Allah dalam surat al-Anfaal إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ، سورة الأنفال ٢ Artinya “Hanyasanya orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah, maka hati mereka itu menjadi ketakutan, juga apabila ayat-ayatNya dibacakan kepada mereka, maka bertambah-tambahlah keimanan mereka dan mereka itu sama bertawakkal kepada Tuhannya”. QS. al-Anfal 2 Ayat-ayat perihal keutamaan bertawakkal itu pun banyak sekali dan dapat pula diketahui. Pengertian Tawakkal Tidak sedikit orang yang keliru dalam melaksankan Pengertian Tawakkal kepada Allah Ta’ala. Ada yang berpendapat, tawakkal ialah menyerah bulat-bulat kepada Tuhan tanpa berbuat daya-upaya dan usaha untuk mencari mana-mana yang baik dan menyebabkan kebahagiaan. Ringkasnya enggan berikhtiar atau menyingsingkan lengan baju. Anehnya ia meminta yang enak-enak belaka. Orang semacam di atas itu rupanya berpendapat, bahawa tidak perlu ia belajar, jika Tuhan menghendaki ia menjadi orang pandai, tentu pandai juga nantinya. Juga tidak perlu bekerja, jika Tuhan menghendaki ia menjadi kaya, tentu kaya juga nantinya. Atau ketika sakit, tidak perlu ia berubat, jika Tuhan menghendaki sembuh tentu sihat kembali pula. Semuanya itu samalah halnya dengan orang yang sedang lapar, sekalipun macam-macam makanan di hadapan mukanya, tetapi ia berpendapat, jika Tuhan menghendaki kenyang, tanpa makan pun akan menjadi kenyang juga. Cara berfikir semacam di atas itu, apabila diterus-teruskan, pasti akan membuat kesengsaraan diri sendiri, bahkan merosak akalnya sendiri. Maksud dari Tawakkal Yang diperintahkan Syari’at tentang Bertawakkal kepada Allah itu maksudnya adalah menyrahkan diri kepada-Nya sesdudahnya bekerja dan berusaha yang maksimal sebagaimana mestinya. Contoh missal kita menaruh motor di depan rumah, kemudian setelah dikunci secara sempurna, baru kemudian kita bertawakkal keepada Allah. Artinya tatkala sudah dikunci pun masih juga hilang misalnya dimaling orang, maka hal tersebut dalam pandangan agama berarti orang itu sudah tidak kesalahan, sebab ia telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai terjadi hilang. Hal yang semacam itu pernah terjadi di zaman Rasulullah iaitu ada seorang sahabatnya yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan lain-lain, lalu ditinggalkan. Arti Tawakkal Dalam Hadits Sabda Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam Yang artinya Beliau Shollallahu alaihi wa sallam bertanya “Mengapa tidak kamu ikatkan?” Ia menjawab “Saya sudah bertawakkal kepada Allah.” Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda Yang Artinya “Ikatlah dulu lalu bertawakkallah. Ringkasnya Tawakkal adalah Ringkasnya bahwa bertawkkal tanpa ada usaha terlebih dahulu itu salah serta keliru menuru pandangan syari’at islam. Jikalau kita sudah dapat meletakkan erti tawakkal pada garis yang sebenarnya, maka sangat sekali dipuji dan pasti kita tidak akan kekurangan rezeki, sebab Allah Ta’ala akan menjamin bahawa kita akan diberi bahagian rezeki kita masing-masing sebagaimana halnya burung yang pergi pagi-pagi dalam keadaan kosong perut, sedang pada petang harinya telah menjadi kenyang. Selain itu Allah berfirman bahawa sifat-sifat kaum mu’minin itu di antaranya ialah selalu bertawakkal kepada Allah Ta’ala dengan pengertian tawakkal yang tidak disalah-mengertikan. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sifat Tawakkal Yang perlu kita perhatikan, sehubungan dengan persoalan ini ialah Dalam mengejar cita-cita, supaya dapat berhasil kecuali amat diperlukan adanya sifat kesabaran, juga wajib disertai sifat tawakkal ini. Kerana yang menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu maksud itu hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri. Lebih besar yang dicita-citakan, wajib lebih besar pula sabar dan tawakkalnya, misalnya ingin menjadi seorang yang alim, ingin memajukan agama, ingin mendirikan sesuatu negara yang benar-benar diredhai oleh Allah Ta’ala, ingin melaksanakan hukum-hukum dan syariat Islam dalam negara dan lain-lain sebagainya. Setelah bersabar dan bertawakkal wajib pula disertai doa, memohon kepada Allah semoga yang dicita-citakan itu berhasil, jangan bosan-bosan berdoa dan yakinlah bahawa Allah akan mengabulkan. In Syaa Allah. Yakin Dan Tawakkal Beriman dan Berpasrah diri kepada Allah Demikian ulasan tentang Yakin Dan Tawakkal Beriman dan Berpasrah diri kepada Allah – Semoga bermanfaat untuk yang mau mengamalkannya. Mohon Abaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab. Alhamdulillah syukur ke hadrat Allah S.W.T dengan limpah serta rahmat-Nya telah diberi kesempatan kepada kita untuk bertemu lagi dalam Seminar Liga Ilmu Serantau 2019. Di kesempatan ini, saya merakamkan setinggi-tinggi tahniah dan syabas kepada
ILMU membawa kepada keyakinan. Keyakinan membawa kepada amal, amal membawa kepada keberuntungan. Ada tiga keyakinan ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Ilmul yaqin adalah keyakinan berdasarkan ilmu. Luqman mengajarkan himah kepada dirinya, kepada keluarganya, kepada jamaahnya, bahwa sedekah bisa begini dan sedekah bisa begitu. Lalu dia dan di antara yang diseur, bersedekah. BACA JUGA Alquran dan Ilmu Pengetahuan Ungkap tentang Daya Ingat Manusia Inilah salah satu bentuk ilmul yakin, yakni keyakinan berdasarkan ilmu. Dengan ilmunya dia lalu terdorong kuat untuk beramal. Dari ilmul yakin tersebut, kemudian ada satu dua yang merasakan manfaat sedekah. Inilah kiranya yang disebut ainul yaqin, keyakinan berdasarkan mata, berdasarkan pengalaman. Dan ada satu lagi, yaitu yang namanya haqqul yakin. Bulat, enggak perlu pengalaman mesti berhasil, mesti manfaat. Yakin… ya yakin. BACA JUGA Ilmu Berpengaruh Besar dalam Membentengi Maksiat Melihat penjelasan awal di atas, nampaknya kehadiran ilmu, salah satu kepentingannya adalah supaya mendorong lahirnya amal. Malah dengan adanya ilmu, maka amal itu akan menjadi terus terpelihara. [] Sumber An Introduction to The Miracle Of Giving/Ust. Yusuf Mansur/Penerbit Zikrul Hakim tahun 2008
Artinya "siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga" (HR. Muslim, No. 2699). Jadi, Islam amat mementingkan ilmu pengetahuan sehingga hukum menuntut ilmu adalah fardlu 'ain, wajib bagi setiap individu, lelaki-perempuan, tua-muda, miskin-kaya. KEYAKINAN merupakan hak yang dimiliki individu dalam mempercayai suatu hal, baik itu keyakinannya terhadap benda, manusia, maupun terhadap Sang Pencipta. Keyakinan terhadap Sang Pencipta Allah haruslah menjadi dasar keimanan seseorang dalam perannya sebagai hamba Allah SWT. Adapun tingkat keyakinan yang harus dimiliki seseorang di antaranya Ilmul-Yaqiin Prasyarat untuk tingkat kepastian ini adalah ilmu/pengetahuan’. Istilah Bahasa Arab untuk ilmu’ adalah ilm dan Bahasa Arab untuk kepastian’ adalah yaqiin’. Dengan demikian istilah Arab yang digunakan oleh Alquran untuk kepastian yang berdasarkan pengetahuan adalah ilmul-yaqiin. BACA JUGA Takwa Memiliki Tiga Tingkatan “Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin”.QS. At-Takatsur 5 Pada tingkat ilmul-yaqiin, orang beriman dan para pencari Tuhan yakin kepada Tuhan Allah SWT bukan karena merasakan langsung wujud-Nya, namun berdasarkan deduksi dari fakta-fakta yang terletak dalam batas-batas pengetahuannya. Pada dasarnya ia percaya pada hal ghaib yang dalam istilahnya adalah imaan bil Ghaib, yang berarti percaya pada yang ghaib’. Orang pada tingkat ini dianalogikan seperti api dan asap. Ia memang belum melihat api itu sendiri, tetapi setelah menyaksikan asap, ia berkesimpulan bahwa api memang harus ada. Ainul-Yaqiin Istilah bahasa Arab untuk melihat’ adalah ain, karenanya Bahasa Arab untuk kepastian berdasarkan pengataman/kesaksian’ adalah ainul-yaqiin. ” …Kemudian kamu pasti akan melihatnya dengan mata yakin.” QS. At-Takatsur 8 Ayat ini menarik perhatian kita pada fakta bahwa pada tingkat ainul-yaqiin, seorang beriman yakin kepada Allah SWT dengan cara apa yang secara kiasan disebut dengan melihat secara langsung’ direct perception” penampakan-Nya. Bagi manusia, yang indera fisiknya hanya menanggapi stimulus materi, menyaksikan penampakan-Nya jelas bukan dalam arti pertemuan fisik dengan wujud Allah SWT. Menyaksikan penampakan Allah SWT hanya dapat berarti menjadi saksi akan manifestasi Keilahian-Nya yang nampak dengan jelas. Masifestasi tersebut meliputi penerimaan ajaib dari doa- doanya dan penyatuan ilahiah’. Doa-doa orang beriman mulai menemukan pengabulan yang berlimpah. Ketika ia berdoa untuk sesuatu, ia menemukan limpahan karunia Ilahi mengarah pada doanya. Oleh karena itu pada tingkat kepastian ini, orang beriman tidak lagi bergantung pada kesimpulan logis mengenai keberadaan Allah SWT. Pada tingkat ini, seolah-olah ia telah melihat sendiri Allah SWT dengan mata kepalanya sendiri. Meskipun keadaan iman bil ghaib’ terus berlaku, orang beriman menjadi lebih dekat lagi dengan dunia ghaib daripada ketika ia berada pada tingkat ilmul-yakiin. BACA JUGA Orang yang Meminta Fatwa Harus Menghiasi Dirinya dengan Ketakwaan Haqqul-Yaqiin Bahasa Arab untuk “kebenaran mutlak” absolute truth adalah Haqq. sedangkan bahwa Arab untuk kepastian seperti yang telah kita bahas adalah Yaqiin. Oleh karena itu istilah Haqqul Yaqiin menunjukkan tingkat kepastian yang sempurna tentang Tuhan. “Sesungguhnya yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar.” QS. Al-Waqiah 95 Pada tahap ini orang beriman yakin kepada Allah SWT karena ia telah merasakan sifat-sifat Allah SWT secara lebih lengkap, seolah-olah semua cara persepsi yang tersedia baginya telah sampai pada hubungan langsung dengan Keindahan dan Kemuliaan Allah SWT. Pada tahap ini orang beriman telah diberkati dengan limpahan yang lebih besar berupa wahyu Ilahi. Pada tahap ini, doa sang pencari Tuhan begitu derasnya diterima dan dijawab, dimana setiap doa menjadi sebuah keajaiban dalam dirinya sendiri. Nabi Allah SWT dan orang-orang suci berada dalam wilayah kepastian agung ini. Ini adalah tingkat tertinggi dari iman dan kepastian. Dengan kita mengetahui tingkatan keyakinan seperti yang telah di paparkan di atas, semoga menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Aamiin. []
NikmatDari Allah Kepada Pemuda Yang Baru Mulai Menuntut Ilmu Agama#islam #ilmuagama #dakwahsunnah
Oleh ABDUL MUID BADRUNOLEH ABDUL MUID BADRUN Banyak di antara kita salah memahami ilmu yakin. Kita sering ragu akan janji Allah bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Padahal firman Allah, "fainna ma'aal 'usri yusra. Inna ma'al 'usri yusra" itu diulang sampai dua kali. Bahkan ahli tafsir menyatakan, ketika ada satu kesulitan, maka akan ada dua kemudahan. Namun, mengapa kita sering tidak yakin bahwa selalu ada jalan keluar otomatis dari Allah atas setiap kesulitan dan masalah yang menimpa kita? Kita sering merasa tidak yakin atas setiap kesulitan yang dialami dan atas setiap masalah yang terjadi. Bahkan, atas setiap kekurangan rezeki. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Keraguan akan janji Allah itu begitu kuat sekali. Padahal, Allah menjamin rezeki semua mahkluknya, dari yang terbesar sampai terkecil QS Hud 6. Itu artinya apa? Kita masih ragu dan belum yakin pada janji-janji Allah dalam Alquran. Yakin kepada Alquran merupakan rukun iman. Dengan demikian tidak pantas jika kita meragukan janji Allah tentang rezeki di Alquran. Namun demikian, terkadang kita tidak tahu, hikmah di balik setiap peristiwa. Manusia lebih suka mengeluh, persis seperti diceritakan Alquran QS al-Baqarah 286; QS al-Ankabut 2. Diberi sakit, mengeluh, kehilangan uang mengeluh, bisnis rugi mengeluh, diberi kesusahan sedikit saja mengeluh, seolah lupa bahwa Allah Maha Teliti, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemberi, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Jadi tidak mungkin muncul peristiwa dan apapun yang diciptakan Allah tidak ada gunanya. Manusia hanya diminta bersyukur agar Allah menambah nikmat-Nya QS Ibrahim 7. Demikian pula, sebaik-baik doa, artinya termasuk saat kesusahan sekalipun adalah dengan mengucap “Alhamdulillah" segala puji hanya milik Allah. Kalaulah dibuka sedikit saja pintu hikmah, kita akan melihat setiap peristiwa yang terjadi pada kita adalah baik bagi kita sekali lagi baik bagi kita. Mari belajar dari kisah Nabi Musa. Ketika Nabi Musa dan rombongannya dikejar Firaun dan tentaranya, sehingga terjebak di pinggir lautan. Secara akal manusia, Nabi Musa dan rombongannya akan tertangkap Firaun. Rombongan Nabi Musa sudah ketakutan akan terbunuh oleh Firaun dan tentaranya. Namun, Nabi Musa yakin sekali lagi yakin bahwa Allah akan menolongnya. Barulah turun perintah untuk memukulkan tongkat Nabi Musa sehingga lautan berubah menjadi daratan, dan selamatlah Nabi Musa dan rombongan. Padahal itu hanya tongkat biasa, tapi karena Allah yang menurunkan perintah, maka apapun bisa terjadi. Kalau Allah mau, selalu saja ada jalan atas setiap masalah. Kun fayakun!. Pertanyaannya, sudahkah kita mendekat pada Allah? Sudahkah kita yakin pada Allah? Itu masalahnya. Dari sinilah, para ulama membagi ilmu yakin terdiri atas tiga tingkatan. Pertama, 'ilmu al-yakin contohnya bersama kesulitan ada kemudahan. Kedua, 'ain al-yakin contohnya setelah melihat sendiri adanya kemudahan baru yakin. Ketiga, haq al-yakin contohnya setelah merasakan langsung kemudahan itu baru yakin itu benar. Kita termasuk tingkatan yang mana? Wallahu a’lam. Barangsiapa yang menuntut ilmu di jalan Allah maka Allah mudahkan baginya jalan menuju ke surga Allah. Iman kepada allah rukun iman ke 1, adapun dalil dalam al-Qur’an terdapat dalam surat an nisa ayat 136. sedangkan kesimpulan kesimpulannya kami lampirkan pada bagian bawah tulisan ini. – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, iman kepada Allah artinya percaya, yakin dengan sepenuh hati keberadaan Allah, adapun pengertiannya secara istilah adalah percaya dan meyakini dengan sepenuh hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan. Dengan begitu, ada 3 komponen yang menandakan iman kepada-Nya yaitu; Percaya dengan sepenuh hatiMengucapkan dengan lisanMembuktikan dalam perbuatan. Itulah arti dan pengertiannya dalam pelajaran PAI kelas VII SMP. Adapun hikmahnya adalah akan selalu ditolong oleh Allah Swt., hati menjadi tenang dan tidak gelisah, dan medatangkan’ keuntungan dunia akhirat. tulisan syahadat Sekedar tambahan, bahwasanya Keimanan hamba bisa tebal dan bisa tipis, bisa bertambah maupun berkurang. Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt. salah satu caranya dengan dengan memahami nama-nama-Nya yang baik dan indah. Kita sering mendengar nama nama indah itu dari para kiai ustadz ustadzah mubaligh maupun da’i dengan sebutan al-Asmau al husna. Bagaimanakah dalilnya? Sebutkan dalil al-Qur’an berkenaan dengan beriman kepada Allah, tulis secara lengkap dengan teks arab dan terjemahnya dalam Bahasa Indonesia. Sebagaimana sudah kami tuliskan, salah satu dalilnya terdapat dalam An Nisa ayat 136. Adapun tulisan teks arabnya beserta latin adalah sebagai berikut; يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا – ١٣٦ Teks latin yaa ayyuhalladziina aamanuu aamanuu billaahi wa rosuulihii wal kitaabilladzii nazzala alaa rosuulihii wal kitaabilladzii anzala min qobl, wa mayyukfar billaahi wa malaaikatihii wa kutubihii wa rusulihii wal yaumil aakhiri faqod dholla dholaalam ba’iidaa. Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad dan kepada Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. Nah inilah salah satu dalil naqli dalam Al-Qur’an lengkap dengan tulisan arab, teks latin dan terjemahnya surat annisa ayat 136. surat ke empat dalam al-Qur’an. Contoh beriman kepada Allah Misalnya ada soal ulangan atau ujian berbunyi seperti ini. berilah contoh tentang perilaku iman kepada Allah Swt! sebutkan 5 saja! Sebutkan contoh iman kepada Allah! Tuliskan jawaban anda pada titik titik dibawah ini! Bagaimanakah contohnya? Contohnya secara umum adalah melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Lebih spesifik lagi contoh iman kepada Allah seperti menjalankan shalat, puasa, zakat, ibadah haji karena Allah SWT. Menjauhi perbuatan keji dan munkar seperti mengundi nasib, datang kepada dukun, berlaku zalim kepada orang lain, sombong takabur dan sifat jelek yang dilarang dalam syariat Islam. jawaban ini bisa anda pecah pecah menjadi satu, misalnya melaksanakan puasa, menjalankan ibadah sholat, dan seterusnya. Kesimpulan Apakah kesimpulan beriman kepada Allah? Dalam rangkuman buku mapel PAI kelas 1 SMP menyebutkan ada 3 tiga kesimpulan yaitu; pertama Iman kepada Allah Swt. adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Dia itu ada, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam perbuatan sehari-hari. Kedua Cara meneladani asmaul husna dalam kehidupan sehari-hari adalah, mencintai ilmu pengetahuan, selalu gigih untuk mencari ilmu, dalam melakukan pekerjaan senantiasa menginginkan yang terbaik, teliti dalam berbuat, mau mendengarkan apa yang dikatakan orang lain sebagai saran, dan selalu melihat serta mengamati dampak yang sekiranya akan terjadi serta mampu menyelesaikannya dengan baik. ketiga Sedangkan hikmah iman kepada Allah adalah mendapatkan pertolongannya, hati menjadi tenang, tidak ada kegelisahan hati serta beruntung dunia dan akhirat. Demikian ringkasan ini semoga membantu dalam mengerjakan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk kelas 1 SMP. Salam kenal dan wassalaamu’alaikum. HlIdw.
  • yfx8v40nq4.pages.dev/255
  • yfx8v40nq4.pages.dev/267
  • yfx8v40nq4.pages.dev/859
  • yfx8v40nq4.pages.dev/763
  • yfx8v40nq4.pages.dev/235
  • yfx8v40nq4.pages.dev/780
  • yfx8v40nq4.pages.dev/312
  • yfx8v40nq4.pages.dev/306
  • yfx8v40nq4.pages.dev/411
  • yfx8v40nq4.pages.dev/846
  • yfx8v40nq4.pages.dev/900
  • yfx8v40nq4.pages.dev/56
  • yfx8v40nq4.pages.dev/177
  • yfx8v40nq4.pages.dev/536
  • yfx8v40nq4.pages.dev/295
  • ilmu yakin kepada allah